Alissa Wahid Putri Gus Dur, Mendapat Perlakuan Tak Menyenangkan, Kopernya Diaduk-aduk di Bandara

suaramerdeka.com - Alissa Wahid, baru-baru ini menjadi perhatian publik karena pengalamannya di Bandara Soekarno - Hatta yang kurang menyenangkan.

Alissa Wahid, putri sulung dari almarhum Presiden ke-4 Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang dikenal dengan sebutan Gus Dur, baru-baru ini membagikan pengalamannya yang kurang menyenangkan saat berurusan dengan petugas bandara.

Pada hari Senin tanggal 20 Maret, Alissa mengungkapkan melalui cuitannya bahwa ia mengalami inspeksi yang tidak menyenangkan oleh petugas bandara ketika ia tiba dari konferensi di Taiwan.

Baca Juga: Pecah Akar Jurus Sakti Perbanyak Aglonema, Gampang Banget Emak-emak Pasti Bisa

Ketika Alissa tiba di Bandara Soekarno Hatta, petugas meminta dia untuk membuka koper.

Alissa menjelaskan bahwa petugas bertanya tentang pekerjaannya di Taiwan, berapa lama ia berada di sana, dan barang apa yang dibawanya.

"Suatu ketika saya pulang dari Konferensi di Taiwan. Di Cengkareng, saya diarahkan menuju meja pemeriksaan yang di dalam itu. Mbak petugas nanya 'Kamu pulang kerja ya di Taiwan? Berapa lama kerja di sana? Bawa apa aja? Buka kopernya'," ungkapnya seraya menirukan ucapan petugas.

Kopernya yang besar menimbulkan kecurigaan dan diperiksa secara seksama.

Alissa hanya berada di Taiwan selama 3 hari dan merasa tidak nyaman dengan perlakuan yang ia terima di bandara.

Baca Juga: Kultum Ramadhan: Hindari Perbuatan Dosa dan Tingkatkan Kebaikan Menteladani Abu Hurairah Sahabat Nabi Muhammad

Menurut Alissa, sebagai putri mantan presiden pun ia masih mengalami intimidasi di bandara.

Hal ini membuatnya berpikir bagaimana mungkin penumpang lain yang tidak memiliki akses seperti dirinya dapat diperlakukan secara fair dan baik di bandara.

Meskipun Alissa memiliki akses untuk memanggil paspampres sewaktu-waktu, ia memilih tidak melakukannya.

Alissa juga menyatakan bahwa ia tidak selalu datang ke bandara dengan pengawalan atau asisten seperti halnya pejabat lainnya.

Ia lebih sering pergi sendirian dan menganggap itu lebih hemat dan efisien, meskipun hal ini berbeda dengan kebiasaan pejabat lainnya.