Salah Kaprah Masyarakat Tentang Lagu "Jangkrik Genggong"

- Senin, 1 Maret 2021 | 12:00 WIB
Jangkrik Genggong (istimewa)
Jangkrik Genggong (istimewa)

KETIKA banjir melanda kota Semarang, masyarakat Semarang kerap menyebut bahwa banjir di kota Semarang dikisahkan dalam lagu "Jangkrik Genggong" nya Waljinah.

Anggapan itu merupakan salah kaprah yang dialami masyarakat terkait korelasi banjir di kota Semarang dengan lirik lagu "Jangkrik Genggong".

Hal yang sama juga terjadi antara Kendal Kaliwungu dalam lirik lagu "Jangkrik Genggong".

Lantas mengapa nama kota Semarang yang menjadi langganan banjir kala musim hujan disebut-sebut dalam lirik lagu "Jangkrik Genggong"?

Sebenarnya, menyebut kota Semarang yang kaline banjir dalam lirik lagu "Jangkrik Genggong" hanyalah sebuah pantun berbahasa Jawa yang ditulis Anjar Any.

Sama sekali tidak membahas kota Semarang banjir tinggi genangannya berapa meter, misalnya, melainkan cuma sebatas pantun berbahasa Jawa yang disebut parikan.

Sesungguhnya lirik lagu "Jangkrik Genggong" mengulas tentang seorang wanita yang dikecewakan pasangannya, atau istilah gaulnya diPHP (pemberi harapan palsu).

Akan tetapi, lirik lagu "Jangkrik Genggong" ditampilkan dalam gaya yang ceria, meski satire dan sinis.

Sama sekali tidak ada lirik yang meratap-ratap bagai lirik lagu pop melow ala Rinto Harahap, Pance, atau Obbie Messakh di tahun 1980-an.

Karena dikemas dengan ceria, maka penggarapan musik keroncongnya juga up beat.

Bahkan di bagian reffrain disisipkan yel yel yel: eyae yae...eyae yae yae yae...

Hingga kini lagu "Jangkrik Genggong" masih kerap didaur ulang oleh sejumlah penyanyi keroncong atau campursari.

Namun "Jangkrik Genggong" menjadi cetak biru yang menjelma sebagai evergreen song dari pita suara Waljinah.

 

Halaman:

Editor: Nugroho

Tags

Terkini

X