Sementara di pedesaan, masyarakat menyambut 1 Suro dengan memasak bubur Suro. Bubur ini bukan sekadar makanan, tapi menjadi ubarampe untuk memaknai 1 Suro serta sebagai lambang rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Di kampung-kampung, malam 1 Suro selalu diwarnai dengan tirakatan. Ini mempunyai arti, seseorang harus terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Filosofi-filosofi inilah yang membuat malam 1 Suro dikenal wingit. Bahkan larangan menikah di bulan Suro juga masih dipercaya sampai hari ini.