Awal Tanam Tembakau, Petani Lereng Sumbing Jalani Among Tebal

- Jumat, 15 Maret 2019 | 22:00 WIB
Para penari kuda kepang menampilkan kesenian dalam kegiatan Among Tebal yang menandai musim tanam tembakau di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Lamuklegok Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, kemarin. (suaramerdeka.com/M Abdul Rohman)
Para penari kuda kepang menampilkan kesenian dalam kegiatan Among Tebal yang menandai musim tanam tembakau di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Lamuklegok Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, kemarin. (suaramerdeka.com/M Abdul Rohman)

TEMANGGUNG, suaramerdeka,.com - Mengawali musim tanam tembakau, sejumlah masyarakat di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Lamuklegok Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, kembali melakukan ritual Among Tebal. Mereka berbondong-bondong menyisiri jalan persawahan yang masih dalam proses perbaikan untuk sampai tegalannya. Diselimuti kabut tebal acara ritual berlangsung khidmat. Bau kemenyan dan dupa mengiringi proses ritual yang dilakukan para petani di lahannya masing-masing secara pribadi maupun bersama dengan keluargannya.

Prosesi ritual Among Tebal sebagai upacara mengawali penanaman tembakau, memang sengaja digelar rutin tahunan. Sejumlah uborampe mengiringi ritual, baik kembang, jenang dan jajan pasar yang dipasang di depannya. Mereka kemudian melanjutkannya dengan berdoa untuk mohon keselamatan dalam menanam tembakau hingga memanennya. Di ujung panggung, sesepuh desa setempat, Jumadi Utawa yang karib disapa Mbah Gajoel, memimpin doa keselamatan, murah rejeki, dan tolak bala.

Usai melaksanakan doa di sawah masing-masing, para petanipun bergegas menuju ke sebuah tanah lapang yang untuk melakukan upacara adat bersama. Tumpeng nasi bucu dengan berbagai variasi, ingkung ayam jantan, jenang, jajan pasar, berbagai buah jeruk, bengkoang, beserta pisang pun  disajikan di atas tikar warna coklat. Merekapun berdoa bersama untuk keselamatan warga dusun setempat dengan dipimpin oleh salah satu perangkat desa setempat, yang dilanjut dengan makan bersama.

Setelah ritual usai, warga tak bergegas kembali ke rumah masing-masing karena masih menunggu sejumlah hiburan yang disiapkan oleh panitia. Canda tawa, senyum sumringah terlihat terpancar pada wajah masyarakat setempat. Untuk meramaikan acara, panitiapun telah menyiapkan kesenian tradional kuda kepang, reog, angklung, hingga topeng ireng.

"Tradisi Among Tebal ini merupakan ritual mengawali tanam tembakau tersebut sudah berlangsung sejak beratus-ratus tahun yang lalu," ujar Mbah Gajoel.

Ritual ini merupakan upaya petani di desa setempat untuk melestarikan budaya yang telah diwaris nenek moyang kami sejak dulu. Ritual itu memang menjadi agenda tahunan sebagai upaya syukur kepada Tuhan Yang aha Esa, yang telah memberikan limpahan berkah kepada para petani.

“Semoga pada tahun ini dapat menghasilkan tembakau yang baik hingga memiliki harga yang mahal, sehingga dapat mensejahterakan para petani tempakau. Dalam ritual, uborampe yang dilakukan para warga sendiri memiliki filosofi yang bermacam-macam," beber dia.

Seperti halnya lima tumpeng nasi bucu yang memiliki warna yang berbeda-beda juga memiliki arti yang berbeda. Untuk tumpeng putih memiliki arti saat memohon pada Tuhan, warga harus dengan hati yang bersih. Tumpeng ireng atau hitam artinya polos, maka saat berdoa harus polos. Tumpeng kuning atau punar dalam mengheningkan cipta harus dengan nalar yang hening. Sedangkan tumpeg rombyong, meminta kepada Tuhan agar mendapatkan hasil yang robyong-robyong.

Dia memprediksi berdasarkan perhitungan Jawa, pertanian tahun ini akan cenderung lebih baik dengan tahun yang lalu lantaran cuaca kali ini dirasa tidaklah terlalu ekstrim. Secara pranoto mongso, tahun ini baik cuacanya, panasnya lebih rendah dibandingkan kemaren, kami prediksi bulan Maret sampai Juni nanti sudah mulai  kemarau, maka dari itu kita mulai tanam lebih awal. Proses penanaman tembakau dilakukan dengan sistem tumpang sari dengan bawang putih, dengan tujuan mendapatkan hasil yang lebih baik.

Sengaja dilakukan tumpang sari, karena saat ditanami tembakau pupuk sudah matang dulu saat dimanfaatkan untuk bawa. Usia bawang putih sendiri, lanjutnya sudah mencapai usia 80 hari sebelum ditanami tembakau.

“Satu bulan lagi sudah panen, sedangkan untuk tembakau membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan dari masa tanam untuk bisa dipanen. Warga juga dirasa mulai dipermudah dengan adanya pembukaan jalan dengan lebar kurang lebih dua meter sebagai akses membawa hasil pertanian," terang dia. 

Editor: Adib Auliawan

Tags

Terkini

X