“Pada diprovokasi warganya jadi takut, ada isu divaksin akan mati, lumpuh,” ujarnya.
Sedangkan Kades Panusupan, Imam Sangidun mengeluhkan perbedaan kebijakan antardesa.
Ketika dirinya sudah melarang hajatan, desa sebelahnya malah membolehkan.
“Hajatan uwis tak larang tapi desa sebelah pasang tratak, ya lurahe diomehi dening nang kana olih nang kene ora olih (Hajatan sudah saya larang tapi desa sebelah malah memasang tenda pernikahan, ya lurahnya dimarahi warga, kok di sana boleh di sini tidak boleh),” ceritanya.
Baca Juga: PPKM Level 4, Transportasi Umum Dibatasi 50 Persen Penumpang dengan Syarat
Selain itu, keluhan akan tipisnya stok vaksin juga disampaikan. Padahal minat vaksinasi di desa-desa Banyumas cukup tinggi.
Seluruh aduan tersebut kemudian dibahas bersama antara Ganjar dan Bupati Banyumas Ahmad Hussein yang juga mengikuti acara.
Ganjar meminta ada koordinasi antara pemkab, kades, dan kepolisian, untuk menyinkronkan kebijakan.
Mengenai vaksin, Pemprov Jateng telah mengajukan penambahan alokasi.
Baca Juga: Aksi Jokowi End Game, Denny Darko: Sengaja Ciptakan Kerumunan di Tengah Pandemi
“Tenang, ini setiap minggu rata-rata 500ribu dosis. Saya lagi minta tambahan di bulan Agustus, biar nanti yang kepingin segera agar bisa divaksin,” ujar Ganjar.
Acara yang berlangsung satu jam itu, terpaksa diakhiri Ganjar karena harus segera mengikuti rakor dengan Menko Marves.
Sebagai gantinya, Ganjar membagikan nomor HP-nya di forum chat agar para Kades bisa mengontaknya langsung.
“Rasa-rasanya ini banyak yang pingin bertanya, tak kasih nomor telponku langsung. Jenengan nanti WA saya langsung Insyaallah saya jawab. Saya senang, karena rata-rata para kades ternyata betul-betul siap,” tandasnya.