“Buktinya jumlah masyarakat yang sedekah korban jumlahnya meningkat dibanding tahun lalu. Wong kepingin sehat dan waras, tidak terpapar covid-19, sehingga diobati dengan sedekah,'' kata Kiai Darodji.
Sebanyak 34 ekor sapi itu berasal dari pimpinan Baznas, Bank Jateng, dan Wali Kota Semarang.
Baca Juga: PPKM Perlu Dievaluasi Menyeluruh, Anggota DPR: Bukan Hanya Gonta-ganti Istilah
“Bahkan Gubernur berkurban tiga ekor sapi, Pak Wali satu ekor sapi besar. Ini berharap mereka yang bersedekah hewan kurban didongakne agar seger waras. Sekarang ini kesehatan mahalnya luar biasa,” katanya.
Kiai Darodji juga meminta agar semua pihak taat para protokol kesehatan (prokes).
“Sanajan kondo ora wedi, tapi jan-jane yo wedi sama covid. Makanya harus taati prokes. Melalui bersedekah biar terhindar dan terbebas dari musibah-musibah. Tahun ini alhamdulillah naik, tahun lalu 20 sapi. Pada tahun ini 34, tahun depan moga-moga naik lagi menjadi 50 sapi,'' sambung Kiai Darodji.
Kiai Darodji menjelaskan, kepala sapi dan jeroan tidak bisa dikalengkan, makanya diberikan kepada para santri, panti asuhan, dan tuna netra.
Baca Juga: Kematian Covid-19 Jateng Tertinggi, Luhut Minta Laporan Khusus
“Kalau ada pertanyaan kenapa kok tidak disembelih di Semarang? Karena Semarang belum ada pabrik yang mengalengkan. Kalaupun bisa disembelih di Semarang lalu dibawa ke Probolinggo tidak bisa dikalengkan karena pasti rusak, oleh karena itu sapinya disembelih di Probolinggo, dagingnya langsung masuk freezer,” jelasnya.
Meskipun pemrosesan tidak bisa cepat, tapi butuh waktu sebulan, pihaknya meminta agar dipercepat.
Karena itu kepala dan jeroan maupun tulang dikembalikan ke Baznas untuk selanjutnya dibagikan kepada santri-santri yang tidak bisa pulang karena PPKM dan pandemi Covid-19.
Artikel Terkait
BAZNAS Beri Kesempatan Koperasi sebagai Penyalur Sapi Kurban, Jangan Sia-siakan Kesempatan Ini
Baznas RI Tasyarufkan 4.621 Hewan Kurban
Tebar Kurban Baznas Sleman Sasar Lima Lokasi, Meski Serba Terbatas, Semoga Tidak Mengurangi Esensi