YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Perhelatan seni bergengsi Artjog bakal kembali digelar di Jogja National Museum (JNM), Jalan Amri Yahya, Yogyakarta, 4 Mei sampai 4 Juni 2018. Event tahunan yang ditunggu-tunggu masyarakat seni tersebut, bakal bergulir sebulan penuh. Dengan harapan masyarakat 'tutuk' menyaksikan perhelatan seni tersebut.
Pemilihan tempat, menurut Nurul Amelia, Humas Artjog, dilakukan dengan pertimbangan nilai historis dari JNM yang notabone merupakan bekas gedung Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan pandangan bahwa JNM dinilai mampu memberikan keleluasaan terhadap para seniman untuk mengeksplorasi setiap sudut ruang pameran.
Selain itu, JNM juga mampu memberi kemungkinan pemanfaatan ruang di luar ruang pameran yang lebih luas terhadap bermacam kegiatan program-program lain di samping program utama. ''Kali ini Artjog digelar lebih meriah dari sebelumnya,'' ujar Nurul Amelia, dalam siaran pers yang diterima Suara Merdeka, Senin (2/4).
Kali ini Artjog mengusung tema Pencerahan, 'Menuju Berbagai Masa Depan' (Enlightenment: Toward Various Future). Pencerahan dalam hal ini, menurut Nurul, dimaknai sebagai sebuah momentum yang mampu membebaskan manusia dari keterkungkungan kultus dan kemenangan rasionalitas.
Dengan mengambil semangat pencerahan, seni diharapkan mampu menumbuhkan daya kritis dalam memandang segala persoalan di sekitarnya, mampu menghadirkan cara pandang yang tidak tunggal, sehingga dapat menatap dan menghantarkan manusia menuju masa depan yang beragam.
Sebagai sebuah pameran dan perayaan seni kontemporer, lanjut dia, Artjog kali ini akan diikuti 54 seniman dari dalam dan luar negeri (diantaranya Filipina, Singapura, Australia dan Cina). ''Daftar nama seniman partisipan dapat dilihat di website www.artjog.co.id,'' terang dia.
Seniman yang ditunjuk sebagai Commission Artist oleh Artjog pada tahun ini, adalah Mulyana. Para kurator Artjog memandang, sepanjang tiga tahun terakhir, Mulyana hadir sebagai sosok seniman muda yang terus-menerus menunjukkan potensi terbaiknya melalui seni kriya dan keterampilan tangannya.
Selain itu, Mulyana juga tidak berhenti mengeksplorasi gagasan dan kemungkinan untuk apa yang akan ia kerjakan. Tentang bagaimana kebanyakan orang yang terpukau oleh apa yang ada di atas permukaan dan seringkali luput dalam melihat keutuhan semesta yang ada di bawah permukaan.
Hal tersebut, kata dia, didukung dengan eksplorasi karakter-karakter fiksi maupun nyata yang berada di bawah permukaan (laut) yang memiliki keindahan dan kengerian tersendiri. Dengan ini sebenarnya Mulyana sedang membicarakan sesuatu yang lebih besar, tentang perlunya menyelami segala sesuatu lebih dalam lagi, agar tabir pemahaman bisa terkuak, agar pandangan tidak terbatas pada apa yang terlihat saja.