WONOSOBO, suaramerdeka.com - Mencuatnya berita pencabulan terhadap belasan santriwati yang dilakukan pemilik pondok pesantren di kawasan Cibiru Kota Bandung dan guru agama di sekolah dasar di Cilacap, telah mencoreng nama baik pondok pesantren.
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan kejadian itu mesti menjadi momentum untuk membuktikan dan menyuarakan ajaran pondok pesantren yang murni.
Menurutnya pondok pesantren yang murni adalah yang mengedepankan akhlakul karimah dan syariat Islam.
"Harusnya ini yang dimunculkan. Harusnya ini yang kita angkat, sehingga orang-orang ngowoh bahasane (melongo ibaratnya). Ternyata pondok pesantren yang ada kasus perkosaan 14 santrinya ternyata bukan pondok pesantren ya."
Baca Juga: Varian Omicron Terdeteksi, Anggota DPR Usul Aturan Nataru Diubah
"Ternyata itu boarding school saja ya. Jadi harus dibedakan antara pondok pesantren yang benar-benar mengajarkan syariat, mengajarkan akhlakul karimah dan mana yang hanya abal-abal," kata Wagub, belum lama ini.
Taj Yasin menegaskan jika persoalan seperti ini tidak direspon maka berpotensi membuat masyarakat tidak percaya dengan pendidikan di pondok pesantren.
Jadi, masyarakat menjadi fobia karena pondok pesantren tidak memberikan jaminan rasa aman dan nyaman untuk belajar agama.
"Kalau mereka (masyarakat) fobia dengan pondok pesantren, lalu bagaimana tanggung jawab kita sebagai masyarakat pesantren. Padahal kita ngertos (tahu) banyak pondok-pondok pesantren yang lebih bagus dari pondok-pondok pesantren yang saat ini dipromosikan masif," ungkapnya.
Artikel Terkait
Kemenag Cabut Izin Operasional Pesantren Manarul Huda Antapani, Semua Santri Dipulangkan
Kejar Target Inklusi Keuangan, Pemerintah Maksimalkan Potensi Pesantren di Indonesia
Direktur PD Pontren Kemenag Launching Sekolah Akuntansi Pesantren di IAIN Kudus
PKB Prihatin Kasus Asusila, Ajak Cek Rekam Jejak Pesantren
Tanggulangi Covid-19, Kemenag Salurkan Bantuan untuk 1.000 Pesantren