SLEMAN, suaramerdeka.com - Pawai 1.007 bregada dengan membawa tumpeng yang diiniasi Pemerintah Desa Condongcatur, Sleman berhasil menorehkan sejarah di Museum Rekor Indonesia (Muri). Ini adalah rekor ke-9.447 yang tercatat di Muri.
Arak-arakan 1.007 bregada membawa nasi tumpeng ini sekaligus merupakan rekor dunia. "Yang diusulkan sebanyak seribu tapi setelah kami verifikasi, jumlahnya 1.007. Ini juga jadi rekor dunia," kata Eksekutif Manajer Muri, Sri Widawati, saat menyerahkan piagam penghargaan kepada Kepala Desa Condongcatur, Minggu (1/3).
Tumpeng nasi kuning yang dibawa oleh ribuan orang berseragam prajurit kraton itu adalah hasil kreasi ibu-ibu PKK, dasawisma, dan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Desa Condongcatur. Tumpeng tersebut diarak mulai dari Balai Desa Condongcatur menuju Taman Kuliner yang berjarak kurang lebih 200 meter.
Warga tampak antusias menyaksikan kegiatan ini. Tiba di Taman Kuliner, acara diisi dengan hiburan tari dari berbagai kelompok seni tradisional, serta aksi teatrikal perjuangan Hamengkubuwono IX. Selain itu, ada festival tumpeng yang merebutkan hadiah uang senilai total Rp 10 juta. Festival tumpeng ini diikuti 40 kelompok masyarakat umum se-DIY.
Di penghujung acara, para penonton diperbolehkan membawa pulang tumpeng, dan aneka hasil bumi dari Pasar Kolombo yang ditata dalam bentuk gunungan. Kades Condongcatur, Reno Candra Sangaji mengatakan, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk menyiapkan event ini. Dana penyelenggaraan dialokasikan dari APBDes seksi budaya senilai Rp 50 juta.
"Tiap tahun memang direncanakan ada kegiatan budaya. Dan empat bulan sekali dikonsep acara yang mengundang massa seperti pawai dalam rangka hari jadi Desa Condongcatur ataupun Kabupaten Sleman," terang Reno.
Lewat event budaya semacam ini diharap bisa menyatukan masyarakat, khususnya penduduk Condongcatur yang berjumlah lebih dari 50.000 jiwa. Sementara itu, Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun, yang hadir dalam acara tersebut menilai pawai ini adalah bukti kreativitas dan inovasi masyarakat Desa Condongcatur dalam rangka nguri-uri kebudayaan yang adiluhung.