Pentingnya Identifikasi Potensi Likuifaksi

- Senin, 10 Februari 2020 | 16:16 WIB
JENIS LIKUIFAKSI: Pakar geoteknik Prof Paulus Pramono Rahardjo PhD menjelaskan berbagai jenis likuifaksi dan antisipasinya.(suaramerdeka.com/dok)
JENIS LIKUIFAKSI: Pakar geoteknik Prof Paulus Pramono Rahardjo PhD menjelaskan berbagai jenis likuifaksi dan antisipasinya.(suaramerdeka.com/dok)

YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya daya dukung tanah untuk menopang bangunan di atasnya akibat kejadian alam, seperti gempa bumi. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi area yang berpotensi terkena likuifaksi berdasarkan pengukuran para ahli, menggunakan pondasi yang cocok untuk bangunan.

''Jika bangunan sudah ada di daerah yang berpotensi likuifaksi sebaiknya tingkatkan pondasi dan strukturnya, serta perbaiki dengan densifikasi pada tanah yang berpasir,'' ungkap pakar geoteknik Prof Paulus Pramono Rahardjo PhD.

Ia mengatakan hal itu pada kuliah umum bertajuk ''Likuifaksi dan Kegempaan'' yang diselenggarakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia di ruang Audiovisual, Gedung Moh Natsir.

Menurutnya likuifaksi adalah fenomena tanah yang tanpa kohesi menjatuhkan kekuatan gesernya secara signifikan dan mengalir di bawah volume yang konstan, tegangan konstan secara efektif dan tegangan geser yang konstan akibat timbulnya tekanan pori yang berlebih selama gempa bumi. Likuifaksi merupakan kerusakan akibat gempa di antara kerusakan lainnya seperti retaknya permukaan, getaran, jatuhan beban pada bangunan dan infrastruktur, dorongan seismik dan tsunami.

Jenis Likuifaksi

Ada empat jenis likuifaksi, yaitu sand blows, cyclic mobility, lateral spreading, dan flow liquefaction. Sand blows biasanya ditandai dengan keluarnya pasir di suatu daerah, dan turunnya permukaan yang lain, sehingga bangunan yang ada di atasnya akan mengalami kemiringan. Cyclic mobility atau fenomena pencairan yang dipicu oleh pembebanan siklik, terjadi pada endapan tanah dengan tegangan geser statis yang lebih rendah dari kekuatan tanah.

''Lateral spreading yakni bergesernya permukaan tanah hingga ratusan meter, sedangkan flow liquefaction adalah bergesernya permukaan lebih dari satu kilometer,'' jelas Guru Besar Universitas Katolik Parahyangan tersebut.

Lebih lanjut ia mengatakan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI), beberapa hal yang perlu dilakukan pada pondasi yang berada di area likuifaksi antara lain tidak menggunakan pondasi dangkal kecuali setelah perbaikan tanah. Pada pondasi yang dalam, gesekan pada lapisan likuifaksi harus diabaikan, tidak menggunakan tiang pancang yang rusak dan beton pratekan serta menggunakan tumpukan baja atas dasar pertimbangan kekuatan sistem pondasi.

Editor: Maya

Tags

Terkini

PT SAMI Gelar Pemeriksaan dan Pengobatan Gratis

Jumat, 26 Mei 2023 | 11:45 WIB
X