Pati, suaramerdeka.com - Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Pati tengah berupaya melakukan terobosan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Pati dengan mengembangkan potensi wisata di sejumlah desa.
Kepala Dinporapar Kabupaten Pati, Singgih Purnomojati, berencana mengkolaborasikan antara objek wisata alam andalan dan wisata budaya. Pihaknya berupaya menarik perhatian wisatawan dengan menghadirkan sejumlah kesenian di objek wisata.
‘’Rencananya kami ingin menggelar pertunjukkan kesenian tari dan kesenian lokal lainnya secara rutin di tempat wisata. Jadi pementasan itu bisa menjadi daya tarik lebih kepada para wisatawan. Selain menikmati objek wisata juga terhibur dengan kesenian,’’ katanya.
Dikatakannya, saat ini masih banyak wisata alam yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Seperti Jrahi, Lorodan Semar, Gua Wareh, Pantai Idola, Pantai Kertomulyo dan lainnya. Sementara wisata budaya yakni Meron Sukolilo, Prawoto dan wisata religi di Syekh Jangkung dan Kajen.
‘’Selama ini destinasi wisata di Pati kebanyakan merupakan wisata alam. Sementara wisata budaya masih belum begitu terlihat geliatnya. Padahal di Kabupaten Pati, kaya akan wisata budaya atau kesenian lokal,’’ katanya.
Padahal di Pati terdapat sejumlah kesenian unik. Seperti tari Angguk yang diyakini merupakan tarian asli dari Pati atau kesenian Mandailing asal Kecamatan Dukuhseti yang mulai memudar.
Untuk desa wisata, saat ini, Pati hanya memiliki satu desa wisata. Yakni Desa Tunggulsari, Kecamatan Tayu yang baru diresmikan pada 2019. Sementara Desa Talun, Kecamatan Kayen yang sebelumnya berpredikat sebagai desa wisata, tidak lagi menyandang status tersebut.
‘’Setelah dievaluasi dengan peraturan dan regulasi yang baru sehingga, Talun tidak menyandang label desa wisata,’’ katanya.
Meski begitu, kata Singgih, ada empat rintisan desa wisata adalah Desa Bageng, Kecamatan Gembong; Desa Talun, Kecamatan Kayen; Desa Jrahi dan Desa Sidomulyo Kecamatan Gunungwungkal.