YOGYAKARTA, suaramerdeka.com - Pihak pengelola Stadion Mandala Krida Kota Yogyakarta terus mengiventarisasi kerusakan di stadion tersebut akibat kerusuhan massa yang terjadi usai laga kompetisi Liga 2 antara tuan rumah PSIM Yogyakarta kontra Persis Solo di stadion tersebut, Senin (21/10) petang. Pada laga itu berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu.
Menurut Kepala Balai Pemuda dan Olahraga (BPO) pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY selaku otoritas pengelola Stadion Mandala Krida, Eka Heru Prasetya, mengatakan akibat kericuhan yang terjadi pada pertandingan tersebut beberapa fasilitas stadion mengalami kerusakan diantaranya pintu di ruang ganti pemain serta handle pintu besi yang terlepas.
"Beberapa pintu yang terbuat dari triplek juga mengalami sedikit kerusakan ada di ruang ganti, dan pintu yang terletak di bagian barat selatan. Pintu besi juga ada yang rusak di bagian handlenya. Sedangkan untuk lintasan atletik aman. Termasuk rumput lapangan meski ada beberapa kali lemparan bom asap ke arah itu," kata Eka, Selasa (22/10).
Sayang, Eka belum bisa merinci nilai kerugian yang ditimbulkan. Pasalnya, saat ini pihaknya masih fokus membersihkan sampah-sampah sisa kerusuhan yang ada di dalam dan luar stadion. Sampah-sampah paling banyak adalah botol-botol bekas air mineral hingga sisa-sisa makanan yang saat kerusuhan dilemparkan penonton dan suporter dari arah tribun penonton.
"Untuk kerugian, baru akan kami rinci. Ini masih fokus pembersihan sampah-sampah sejak semalam (21/10) sampai paling tidak dua hari kedepan," tutur dia.
Lebih lanjut, Eka mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak penyelenggara dalam hal ini Panpel PSIM Yogyakarta mengenai biaya perbaikan stadion akibat kericuhan di Derby Mataram tersebut.
"Tentu hal ini kami sayangkan. Artinya penonton belum siap untuk menjadi penonton yang baik. Apalagi bila ada pertandingan level internasional ya, jadi kita harus jadi penonton yang baik. Mengenai izin ke depan, tergantung pihak kepolisian karena terkait pengamanan. Ketika izin keluar, maka pengelola juga akan berkoordinasi," jelas dia.
Sebagaimana diketahui, pertandingan yang mempertemukan tuan rumah PSIM versus Persis Solo yang berakhir 2-3 untuk tim tamu ini berakhir ricuh.
Sekalipun peluang dua tim yang dikenal memiliki rivalitas tinggi ini ke babak 8 besar dipastikan tertutup setelah Martapura FC menang di markas PSBS Biak, tensi pertandingan tetap panas sejak awal.
Puncaknya ialah saat pemain Persis, Muhammad Shulton, melakukan provokasi berupa terlalu lama memegang bola dan dianggap mengulur waktu yang kemudian memicu adu mulut pemain kedua tim
Pemain PSIM Hisyam Tolle dan Raymond Tauntu terlibat adu pukul dengan pemain Persis, Shulton, yang lantas membuat ketiganya dikartu merah wasit. Tak berapa lama kericuhan di lapangan disusul amuk suporter. Sejumlah suporter PSIM berhasil merangsek masuk lapangan dan mencoba mengejar para pemain Persis Solo.
Laga pun langsung terhenti dan semua pemain dievakuasi ke luar lapangan menuju ruang ganti. Para aparat kepolisian mencoba menghalau kericihan dengan menembakkan gas air mata agar para suporter keluar lapangan.
Namun kericuhan ternyata berlanjut di luar stadion. Kendaraan termasuk mobil polisi yang ada di halaman stadion menjadi sasaran kemarahan suporter. Ada yang dibalikkan, ada pula yang dibakar.