TEGAL, suaramerdeka.com - Untuk meningkatkan perbaikan mutu produk dan search engine marketing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tegal, Tim dosen Universitas Diponegoro mengaplikasikan program Penguatan Komoditi Unggulan Masyarakat (PKUM) dengan membuat pelatihan, Sabtu (21/9) kemarin. Adapun program tersebut sudah dimulai pada Juli hingga saat ini.
Tim yang diketuai oleh Retno Ayu Kurniasih SPi MSc (dosen FPIK Undip) dengan anggota A Suhaeli Fahmi, SPi MSc (dosen FPIK Undip), dan Shoimatul Fitria SE MM (dosen FEB Undip) ini, mencoba menangkap permasalahan yang dihadapi dua Kelompok Pengolah Dan Pemasar (Poklahsar). Yakni Poklahsar Lumba-lumba dan Poklahsar Sukses, dengan membuat program pengabdian masyarakat selama dua tahun.
''Perikanan menjadi satu dari beberapa pendukung perekonomian di Kota Tegal. UKM yang bergerak di bidang perikanan di daerah ini sangat banyak. Untuk itu guna mendukung UKM, pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Kelautan dan Pertanian membentuk poklahsar produk perikanan di setiap kelurahan,'' kata Retno
Dikatakan lebih lanjut, setiap poklahsar memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Beberapa di antarannya yakni Poklahsar Lumba-lumba dan Poklahsar Sukses. ''Kedua poklaksar ini memproduksi kerupuk dengan keunggulan dalam penggunaan bahan baku. Yakni, menggunakan ikan bukan dari air rebusan ikan. Namun dalam proses produksinya masih menggunakan cara manual yang berakibat pada kurangya efisiensi produksi,'' jelasnya.
''Selain itu penyimpanan hasil produksi maupun bahan baku juga masih menggunakan lemari es biasa, yang berakibat pada turunnya mutu bahan baku dan berakibat pada turunnya mutu hasil olahan krupuk,'' lanjut Retno
Dia menambahkan saat ini kerupuk ikan yang diproduksi dua poklahsar ini berasal dari ikan tengiri dan ikan kuniran. Jumlah produk kerupuk ikan tengiri yang dihasilkan menurut catatan tim dosen Undip tersebut saat ini yaitu, delapan kilogram per minggu dengan baku ikan sebanyak 10 kilogram dan memiliki omset yang diperoleh adalah Rp 3 juta per bulan. Adapun kerupuk untuk ikan kuniran yang diproduksi adalah 15 kilogram per minggu, dengan bahan baku ikan kuniran sebanyak 15 kilogram dan memiliki omset yang diperoleh adalah Rp 3 juta per bulan;
''Program yang kami aplikasi di Tegal ini termasuk yang lolos hibah PKUM oleh Universitas Diponegoro dan Kementrian Ristekdikti. Untuk tahun pertama program ini fokus pada perbaikan mutu produk, sedangkan tahun kedua program ini akan fokus pada pemasaran produk dengan mengadopsi teknologi pemasaran berbasis search engine marketing ,'' jelas Retno.
Pada 2019 ini pihaknya sudah mengawali program dengan penyuluhan mengenai Good Manufacturing Process (GMP) dan Standard Sanitation Operating Prosedure (SSOP) pada proses pembuatan kerupuk ikan. Yaitu dengan membuat pelatihan cara berproduksi yang baik serta sanitasi dan kehigienisan dalam proses pembuatan kerupuk ikan.
''Dengan penyuluhan itu, kedepannya kami berharap produk kerupuk ikan yang dihasilkan lebih berkualitas dan aman dikonsumsi. Selain itu, kami juga memberikan alat pengaduk adonan, pemotong kerupuk, dan freezer . Diharapkan juga peralatan ini mampu meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi proses produksi serta menjaga mutu bahan baku ikan,'' ungkap Retno.
Tim dosen Undip ini juga ingin ke depan melalui program yang sudah diberikan, bisa membuat Poklahsar Lumba-lumba dan Poklahsar Sukses menaikan mutu olahan kerupuk dan bersaing dengan industri kerupuk lainnya. ''Hal ini tentu saja akan berakibat pada peningkatan pendapatan kelompok dan juga penyerapan tenaga kerja,'' tandas Retno.