Kabut Radiasi, Fenomena Wajar di Musim Kemarau

- Rabu, 14 Agustus 2019 | 12:55 WIB
foto ilustrasi - istimewa
foto ilustrasi - istimewa

SLEMAN, suaramerdeka.com - Sejak dua hari terakhir, wilayah DIY selalu terselimuti kabut saat pagi. Fenomena yang disebut kabut radiasi itu, menurut Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, merupakan suatu hal yang wajar terjadi saat musim kemarau.

Diterangkan oleh staf prakirawan cuaca, Emmy Purnasholiha, kabut tersebut disebabkan adanya pelepasan radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi ke angkasa pada malam hari. "Saat kemarau seperti sekarang, awan hanya sedikit sehingga pelepasan gelombang relatif lebih banyak. Akibatnya, suhu permukaan bumi lebih cepat dingin," kata Emmy, ditemui di kantornya, Rabu (14/8).

Pendinginan tersebut menyebabkan udara di dekat permukaan bumi mengalami pembekuan hingga di bawah titik beku. Keadaan itu yang menyebabkan timbulnya kabut radiasi. "Dari pantauan visual kami, kabut ada muncul sejak dua hari lalu. Ini fenomena yang wajar di musim kemarau, dan tidak berdampak bagi kesehatan," katanya.

Kabut itu dinyatakan tidak berbahaya bagi kesehatan. Namun demikian, masyarakat terutama pengendara diimbau agar lebih berhati-hati karena jarak pandang yang pendek. Kabut radiasi terbentuk pada dini hari sampai pagi, dan akan hilang dengan sendirinya seiring pemanasan pada siang hari.

Kabut ini cenderung terjadi di dataran tinggi lantaran suhunya lebih dingin. Saat ini suhu di wilayah DIY terpantau berkisar 20-30 derajat Celcius. "Selama kemarau, kabut radiasi berpotensi terjadi. Itu tergantung keberadaan awan," imbuhnya.

Musim kemarau di DIY diprediksi mencapai puncak pada bulan Agustus. Kemarau masih akan berlangsung sampai September.

Penjelasan dari BMKG itu sekaligus menjawab keresahan masyarakat yang mengira fenomena kabut tersebut merupakan dampak dari aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Sebelumnya pada Rabu (14/8) pukul 04.52, Gunung Merapi sempat terekam meluncurkan awan panas sejauh 950 meter ke arah hulu Sungai Gendol.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, Merapi sampai saat ini tidak mengalami kenaikan aktivitas yang signifikan. Rekomendasi yang diberikan pun masih sama yakni tidak ada aktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak.

Editor: Nugroho

Tags

Terkini

X