BANTUL, suaramerdeka.com - Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Yogyakarta, menggandeng para pelajar SMK Negeri 1 Sanden, Kabupaten Bantul, melepas ratusan tukik di Pantai Samas, Kelurahan Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Kamis (18/7).
Sebelum melepas tukik para pelajar diberi pengetahuan tentang binatang tersebut, sekaligus diberitahu cara melepas tukik ke laut lepas dengan cara yang tepat dan benar. Karena untuk melepas tukik agar bisa berenang ke laut lepas ada cara tersendiri.
Dengan melepas tukik yang tepat dan benar, maka tukik bisa langsung sampai ke pantai hingga terbawa gelombang pantai. Dengan demikian, tukik bisa langsung berenang ke laut lepas.
''Melepas tukik ke laut lepas itu ada caranya,'' kata Hafit Rahman, Kepala Balai Karatina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) Yogyakarta, usai memandu para pelejar SMK Negeri 1 Sanden, Bantul, melepas tukik di Pantai Samas, Bantul.
Menurut Hafit, apa yang dilakukan ini adalah salah satu cara untuk melestarikan penyu yang semakin langka akibat diburu manusia dan banyak mati karena air laut tercemar limbah dan plastik dari tangan-tangan jail manusia.
Di daerah pesisir Pantai Selatan Yogyakarta, lanjut dia, terdapat beberapa pantai yang menjadi tempat kembali penyu ke daratan untuk bertelur dan meninggalkannya hingga telur menetas dan secara alami tukik akan kembali ke lautan bebas.
Tentunya telur akan menetas dengan alami ketika didukung faktor alam, namun ketika alam tidak lagi mendukung maka tempat-tempat pelestarian penyu sangat diperlukan.
Salah satu cara penetasannya, adalah penyu yang baru saja bertelur langsung diambil dan langsung dirawat dikarantina sampai menetas. Setelah menetas dan berusia beberapa hari, baru tukik tersebut dilepas ke laut bebas.
Hafit memberi apresiasi kepada Rujito penggiat pelestari penyu di Pantai Samas, karena berkat kegigihan Pak Sujito dalam penyelamatan telur penyu hingga ditetaskan serta dilepasliarkan akan melestarikan keberadaan penyu di laut Indonesia.
"Tentu tanpa campur tangan para pelestari penyu ini, maka keberadaan penyu di lautan akan semakin langka. Apalagi dari tukit sampai siap telur usia penyu minimal 15 tahun dan itu waktu yang cukup lama," ujar Hafit menjelaskan.
Sementara Rujito, pelestari penyu di Pantai Samas mengatakan kegiatan melestarikan penyu di Pantai Samas sudah dijalaninya selama 20 tahun dengan berbagai pasang surut serta tantangan yang tidak mudah.
"Dulu saya pemburu penyu ataupun telur penyu, karena daging penyu itu lezat dan telur penyu dijual cukup mahal. Konon berkhasiat dan bisa menambah perkasa bagi kaum laki-laki,'' katanya.
Setelah bertemu Dinas Keluatan dan Perikanan, ia diberitahu bahwa penyu adalah binatang yang dilindungi dan harus dilestarikan. Mulai dari kesadaran itu, kemudian dia turut mengkampanyekan sekaligus melestarikan penyu.
Menurutnya, setiap nelayan atau warga mendapat telur Mbah Dhuwur, panggilan akrab Rujito memberi imbalan Rp 2000 setiap telurnya. Bahkan, ketika ada wisatawan yang ingin melepas tukik ke laut lepas pihaknya sama sekali tidak memungut biaya.