Ketahui Sejarah Kabupaten Bantul, Punya Tonggak Perjuangan Panjang Meraih Kemerdekaan Indonesia

- Sabtu, 1 April 2023 | 19:46 WIB
Peninggalan bersejarah di Kota Gede, Kabupaten Bantul. (foto dok Pemkab Bantul) (Zakki Ahmada)
Peninggalan bersejarah di Kota Gede, Kabupaten Bantul. (foto dok Pemkab Bantul) (Zakki Ahmada)

BANTUL, suaramerdeka.com - Kabupaten Bantul merupakan satu wilayah di Provinsi Yogyakarta yang punya tonggak sejarah panjang perjuangan kemerdekaan.

Bantul merupakan wilayah bersejarah karena memiliki catatan perjuangan panjang meraih kemerdekaan Indonesia.

Kabupaten Bantul menjadi tonggak daerah perjuangan dalam meraih kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

Baca Juga: Rahasia Bikin Tanaman Aglonema Subur dan Beranak Banyak, Lakukan Ini di Media Tanam

Bantul merupakan wilayah Provinsi Yogyakarta yang berada di selatan yang langsung berhadapan dengan pantai selatan.

Luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 Km2 sekitar 15,90 persen dari luas Provinsi Yogyakarta.

Melansir laman resmi Pemkab Bantul, kabupaten yang memiliki slogan Projotamansari ini menyimpan banyak kisah kepahlawanan.

Baca Juga: Subhanallah, Menjalankan Sholat Tarawih Malam ke 12, Akan Bersinar Wajahnya di Hari Kiamat

Bermula dari perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret.

Selain itu juga ada perjuangan yang gigih terkenal dari Pangeran Diponegoro di Selarong.

Selanjutnya ada kisah perjuangan pioner penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto.

Baca Juga: Ini Reaksi Ortu Mendiang Ashraf Sinclair Lihat BCL Pacaran dengan Tiko Aryawardhana

Itu merupakan peristiwa penting Perang Gerilya melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman (1948) yang banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul.

Kabupaten Bantul juga menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pembentukan Kabupaten Bantul berawal dari perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X