SEMARANG, suaramerdeka.com - Pada Juni, WHO memperingatkan varian Lambda telah teridentifikasi di 29 negara.
Sejak April 2021, Lambda pertama kali ditemukan di Peru telah merajalela di sana. Sekitar 81 persen kasus corona di Peru dikaitkan dengan varian ini. Demikian seperti dikutip dari Kata Data
Varian yang lebih menular dari virus asli yang ditemukan di Wuhan, Cina itu, dikabarkan mulai menyebar di Afrika Selatan dan disebut lebih resisten terhadap vaksin.
Sebelumnya, peneliti Jepang telah menemukan tiga mutasi pada protein lonjakan lambda yang dikenal sebagai RSYLTPGD246-253N, 260L452Q dan F490S.
Baca Juga: Negara Kaya Menimbun Vaksin Booster, Afrika Tak Kebagian, WHO: Ini Penghinaan
Tiga mutasi ini dinilai membantu Lambda melawan netralisasi oleh antibodi yag diinduksi vaksin.
Sementara 2 mutasi lainnya T761 dan L452Q membantu membuat Lambda sangat menular.
Lambda juga dilabeli sebagai varian yang dipantau atau Variant of Interest (VOI) oleh WHO. Artinya, bukan varian yang diwaspadai Variant of Concern (VOC).
Hingga kini, WHO masih melakukan penelitian mendalam untuk membuktikan dan memahami varian Lambda.
Artikel Terkait
Varian Corona Ancam Anak-anak, IDI: Hati-hati Buka Sekolah
Setahun Covid-19 RI, Kemunculan Varian Corona B117 Jadi 'Kado' Buruk
Varian Corona B117 Tak Pengaruhi Keparahan Pasien Covid-19
Varian Corona B14662 dari Indonesia Bahaya di Masa Depan, WHO Beri Penjelasan