BRASIL, suaramerdeka.com - Pemerintah Brasil di bawah kepemimpinan Jair Bolsonaro akan memindahkan Kedutaan Besar mereka di Israel ke Yerusalem, mengekor Amerika Serikat. Namun, belum diperoleh kepastian kapan rencana itu akan direalisasikan.
Seperti dilansir dari Reuters, Augusto Heleno, penasihat keamanan nasional menyinggung rencana Presiden Brasil yang baru, Jair Bolsonaro yang berjanji pada saat kampanyenya untuk memindahkan Kedubes ke Yerusalem.
"Ada keinginan hal itu akan dilakukan, tapi belum ada keputusan tanggal pastinya," kata Heleno, dilansir dari Reuters.
Diketahui, Bolsonaro adalah penggemar Presiden Donald Trump. Banyak kebijakan AS yang menginspirasinya, salah satunya pemindahan Kedubes. Pada pelantikannya 1 Januari lalu, dia bahkan mengundang Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Kepada Netanyahu, Bolsonaro mengatakan pemindahan Kedubes hanya masalah "kapan, bukan jika".
Rencana Bolsonaro ini tentu saja ditentang negara-negara Arab yang mengancam akan membatalkan kerja sama dagang dengan Brasil jika itu dilakukan. Negara Arab setiap tahunnya membeli produk halal senilai miliaran dolar dari Brasil. Boikot dikhawatirkan merugikan perekonomian Brasil.
Heleno mengatakan, ancaman boikot negara-negara Arab bukan masalah bagi rencana mereka. Heleno meyakini para diplomat mereka mampu membujuk mitra dagang di negara-negara Arab untuk tidak membatalkan kerja sama.
Dia mengatakan, pemindahan Kedubes ke Yerusalem belum dapat dilakukan karena masalah logistik. Tidak dijelaskan masalah logistik yang dimaksud.
Namun Professor Arie Kacowicz, ahli Amerika Latin dari Fakultas Hubungan Internasional di Hebrew University of Jerusalem, mengatakan Brasil tidak akan berani mempertaruhkan hubungan dengan Arab dengan memindahkan kedutaan.
"Brasil punya hubungan spesial dengan semua negara, termasuk negara-negara Arab dan Iran, jadi tidak mungkin Presiden Bolsonaro cepat-cepat memindahkan kedubes," ujar Kacowicz seperti dikutip dari media Israel, Arutz Sheva.
"Brasil adalah salah satu negara pertama di Amerika Latin yang mengakui negara Palestina dan punya hubungan baik dengan Palestina dan juga dengan kita (Israel)," tambah dia.