JAKARTA, suaramerdeka.com - Aksi biadab dan provokatif pembakaran salinan Alquran dilakukan politikus Swedia-Denmark anti imigran dari sayap kanan, Rasmus Paludan di Stockholm.
Aksi biadab dan provokatif berupa pembakaran Alquran ini sudah melukai 1,5 miliar muslim dunia sekaligus menunjukan islamofobia masih menjadi persoalan serius.
Hingga kini, kecaman terus mengalir dari seluruh dunia Arab dan Islam atas aksi pembakaran Alquran tersebut.
Baca Juga: Fluktuasi Harga Pangan Jadi Faktor yang Pengaruhi Prevalensi Angka Stunting Indonesia
Indonesia sendiri melalui Kementerian Luar Negeri RI mengutuk keras aksi pembakaran Alquran ini.
"Pelaku pembakaran salinan Alquran ini lebih tepat disebut ekstremis dari pada seorang politikus. Ini aksi biadab dan provokatif dan bentuk kegagalan dalam memahami demokrasi dan kebebasan berekspresi," tegas Anggota DPD RI, Fahira Idris.
Disebutkan, Pemerintah Swedia tidak cukup hanya mengecam tetapi harus mengambil tindakan tegas atas peristiwa pembakaran Alquran.
Baca Juga: Bacakan Pledoi di Pengadilan, Ferdy Sambo Ungkap Prestasinya: Saya Telah Dianugerahi...
"Islamofobia harus dilawan bukan hanya oleh negara mayoritas muslim, tetapi oleh seluruh negara di dunia," tegas Fahira Idris.
Menurut Fahira Idris apa yang dilakukan Rasmus Paludan sejatinya adalah bentuk teror terhadap umat muslim di seluruh dunia.
Artikel Terkait
Sudah Tua Ingin Bisa Ngaji Alquran, Ini Teknik Khusus Griya Qur'an Tartiilaa
Pelajar Diajak Terapkan Kandungan Alquran Dalam Kehidupan untuk Membentuk Karakter Pancasila
Gus Yasin Ingatkan Santri Pesantren Tahfidz Alquran MAJT - Baznas Jateng Menjaga Almamater dan Beretika
Aksi Pembakaran Alquran di Swedia, Umat Islam Diminta Tidak Terprovokasi
Kemlu RI Akan Panggil Dubes Swedia Imbas Aksi Pembakaran Alquran