RUSIA, suaramerdeka.com - Belakangan ini hubungan Rusia dengan Ukraina dan Nato semakin memanas.
Penyebabnya berawal saat NATO memperingatkan Rusia perihal invasi terhadap Ukraina. NATO secara tegas tidak akan tinggal diam apabila Vladimir Putin melancarkan serangan.
Namun, para pejabat Rusia justru membantah tudingan invasi terhadap Ukraina. Rusia secara terang-terangan menganggap pihak Barat telah menyebarkan fitnah.
Baca Juga: Agar Berkah Bersetubuh Bagi Suami Istri, Baca Dulu Doa-Doa Berikut Ini
Imbasnya, kini Rusia telah mengirimkan lebih dari 20 kapal perang ke Laut Hitam di tengah gejolaknya hubungan dengan Ukraina dan NATO.
Kapal-kapal perang tersebut dikirimkan ke Laut Hitam untuk melakukan pelatihan manuver dan menangkis serangan udara.
Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa armada yang terdiri dari kapal fregat, kapal rudal, kapal penyapu ranjau dan kapal serbu amfibi, telah meninggalkan pelabuhan Sevastopol dan Novorossiysk di pantai selatan negara itu.
Di sisi lain, NATO sendiri telah menggelar latihan pada hari Senin di Laut Mediterania. Belum ada informasi negara mana saja yang ikut dalam latihan militer tersebut.
Namun, kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Harry S Truman turut hadir dalam latihan tersebut.
Analis terkemuka Rusia, Andrei Ostalski memperkirakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan memerintahkan skenario baru untuk menekan Ukraina dan Barat.
Baca Juga: Mau Maksimalkan Siaran TV Digital Agar Lebih Jernih? Pakai 5 Cara Ini
Andrei Ostalski bahkan mengancam bahwa Vladimir Putin bisa menurunkan armageddon nuklir jika ketegangan Ukraina terus berlanjut.
"Jadi skenario pertama tidak mungkin merupakan upaya dinas intelijen Rusia untuk melakukan kudeta," ucap Ostalki dikutip suaramerdeka.com dari sumber pikiran-rakyat.com.***
Artikel Terkait
Carla Yules Masuk 25 Kontestan Pilihan Juri, Siap Melenggang ke Final Miss World 2021
Tokyo Tetapkan Aturan Baru Batas Usia untuk Mandi di Pemandian Air Panas Lawan Jenis
Covid-19 Melonjak Jelang Olimpiade Musim Dingin, China Tes Dua Juta Penduduk Beijing
Menteri Transportasi Muda Inggris Dipecat Karena Muslim, Begini Tanggapan PM Boris Johnson