SOLO, suaramerdeka.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta pengusaha mewaspadai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab penekanan mata uang asing terhadap rupiah ini diprediksi berlangsung hingga beberapa waktu ke depan.
"Perusahaan-perusahaan yang produksinya menggunakan raw material (bahan baku), tentu paling terdampak. Misalnya industri farmasi dan obat-obatan, atau makanan dan minuman," terang Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani, di sela Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) Tengah Kadin Indonesia di Hotel Alila, Solo, Senin (30/4).
Awal pekan ini, nilai tukar rupiah hampir menyentuh Rp 14.000,-/dolar AS. Meski Rosan meyakini pemerintah berupaya menstabilkan nilai tukar, namun tekanan diprediksi berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. "Apalagi kenaikan impor kita tahun ini 20 persen, lebih tinggi dibanding kenaikan ekspor yang berkisar sembilan persen," jelasnya.
Rosan mengakui, pelemahan nilai tukar rupiah ini tetap menguntungkan sebagian pelaku usaha. Misalnya pengusaha di sektor pertambangan batu bara, yang sebagian besar hasil produksinya digunakan memenuhi pasar luar negeri.
"Namun pelaku usaha mengharapkan pergerakan rupiah ini bisa lebih stabil. Sebab jika (kurs) naik turun terlalu lebar, susah bagi pelaku usaha untuk membuat perencanaan. Lagipula untuk kembali ke angka Rp 13.500, sepertinya akan sulit," katanya.