Janturan dan Cita-cita Kemakmuran Negeri

Zainal Arifin
- Jumat, 13 Agustus 2021 | 21:46 WIB
Foto: devianart
Foto: devianart

JANTURAN adalah rangkaian bahasa prosa yang diucapkan dalang dalam pakeliran. Janturan melukiskan sebuah adegan atau jejer dan diucapkan selaras dengan pathet dengan iringan lirih gendhing. Beberapa janturan pakem memiliki keselarasan isi dengan cita-cita pembangunan, sosial, politik maupun ekonomi bangsa. Janturan biasa mempergunakan gaya bahasa baku pedalangan (basa pinathok) dan metaforis.

Berikut salah satu kutipan janturan yang masih bisa didengar hingga sekarang.

Swuh rep data pitana, anenggih pundi ta nagari ingkang kaeka adi dasa purwa. Eka marang sawiji adi luwih dasa sepuluh purwa kawiton. Sanadyan kathah titahing jawata ingkang sinangga ing pratiwi, kulangkara ing angkasa, kinapiting samudra. Kathah ingkang samya hanggana raras, nanging datan kadi nagari ingkang kinupiting mangke….

Nagara kang panjang punjung, pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta ta raharja. Panjang dawa pocapane, punjung luhur kawibawane, pasir samodra, wukir gunung. Dene nagari ngungkurake pagunungan, ngeringake pasabinan, nengenaken banawi, ngayunaken bandaran gedhe. Loh tulus ingkang sarwa tinandur, jinawi murah kang sarwa tinuku, gemah kang lumaku dagang, rainten dalu tan ana kendhate, lebet tan ana sangsayaning dalan.

Terjemah:
Sesungguhnya dalam kehancuran akan diikuti kedamaian, syahdan negara yang pantas disebut kaeka adi asa purwa. Eka berarti pertama, adi berarti kelebihan, dasa berarti sepuluh, purwa berarti permulaan. Meskipun banyak makhluk ciptaan Tuhan yang disangga bumi, dinaungi langit, diapit samudera. Banyak yang kalah wibawa dan tidak akan ada yang mengungguli negara berikut…

Negara yang pantas sebagai pembuka cerita karena memenuhi persyaratan sebagai negara panjang punjung pasir wukir loh jinawi gemah ripah karta raharja; panjang berarti menjadi bahan pembicaraan secara luas, punjung berarti tinggi nilai kewibawaannya; pasir berarti samudera; wukir berarti gunung. Secara geografis menggambarkan letak negara, di belakang ada pegunungan, di sebelah kiri persawahan, di sebelah kanan sungai, di depan bandar besar; negara itu tanahnya subur semua yang ditanam dapat tumbuh dan menghasilkan, harga semua barang murah sehingga orang bisa membeli, makmur dalam kegiatan perdagangan, siang malam tidak ada putusnya, karena tidak adanya gangguan di jalan raya.

Bahkan, dengan daya kreatifnya, dalang juga mengejawantahkan Pancasila ke dalam janturan. Berikut paparan Pancasila dalam janturan lakon Wahyu Panca Rasajati.

… Sesanti Bhineka Tunggal Eka, dadiya daya gesanging budaya, winata paugeran lima, nenggih manembah mring Hyang Kawasa, rasa asih sesama, kekadangan sami bangsa, sarasehan srana kang wicaksana, kinarya anggayuh adil lan paramarta.

Terjemah:
Dengan berdasarkan Bhineka Tunggal Ika, jadilah kekuatan yang berbudaya, tertata dalam lima peraturan, yaitu menyembah kepada Tuhan Yang Kuasa, mengasihi sesama, persaudaraan dalam kehidupan berbangsa, bermusyawarah secara bijaksana, berkarya untuk meraih keadilan dan kesejahteraan.

Atau dalam lakon Kalingga Bawana yang dicipta dalang Semarang, Ki Soeparno Hadiatmodjo, seperti berikut.

Angger-anggering praja adhedhasar kasusilan lan pangaji-aji lire :
1. Tansah nengenaken marang panembahe ingkang tumuju dhateng pangwasane Kang Hakarya Jagad.
2. Tresna bangsa adhedhasar rasa kamanungsan miwah tepa salira.
3. Tebih saking raos cecongkrahan, tansah golong gelenging tekad murih santosaning nagari.
4. Samukawis ingkang dadya putusaning pranatan, adhedhasar kawicaksanan saha mupakating panemu.
5. Lumadine marang bebrayan bisa warata, kanthi adil manut kandel tipising lelabuhan lan pepangkatane.

Terjemah:
Peraturan negara berdasarkan pengharapan sebagai berikut :
1. Selalu tertuju pada Tuhan, Sang Penguasa Bumi. (Ketuhanan Yang MahaEsa)
2. Ketenteraman bangsa atas dasar rasa kemanusiaan yang tepa slira. (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
3. Jauh dari pertikaian, selalu bersatu untuk kejayaan negara. (Persatuan Indonesia)
4. Apa saja yang menjadi keputusan bersama, berdasarkan kebijaksanaan dan permufakatan. (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan dalam permusyawaratan perwakilan)
5. Kemakmuran rakyat bisa merata secara adil atas dasar tekad dan derajat. (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)

Editor: Zainal Arifin

Terkini

Puisi Rock - Cinta dan Kenikmatan

Sabtu, 1 April 2023 | 22:42 WIB

Puisi Rock - Mekar dan Sangsi

Jumat, 31 Maret 2023 | 23:21 WIB

Puisi Rock - Untuk Apa Dipertahankan?

Kamis, 30 Maret 2023 | 23:14 WIB

Puisi Rock - Keberuntungan Berbatas

Selasa, 28 Maret 2023 | 23:20 WIB

Puisi Rock - Tersaji untuk yang Tersakiti

Senin, 27 Maret 2023 | 21:40 WIB

Puisi Rock - Nyali yang Terhimpit

Minggu, 26 Maret 2023 | 22:44 WIB

Puisi Rock - Polusi Udara

Sabtu, 25 Maret 2023 | 23:26 WIB

Puisi Rock - Yang Disayang

Kamis, 23 Maret 2023 | 21:40 WIB

Puisi Rock - Belum Saatnya

Rabu, 22 Maret 2023 | 22:43 WIB

Puisi Rock - Mencari Pintu Labirin

Selasa, 21 Maret 2023 | 22:56 WIB

Puisi Rock - Lautan Aku

Senin, 20 Maret 2023 | 21:40 WIB
X