"Di pasar terapung itu, wisatawan bisa belanja atau kulineran di atas getek atau perahu yang terapung. Kalau mau disebut atau bahasa kerennya Venice van Java," kata dia didampingi direktur utama Ardian Wibisono dan salah satu staf, Tiara.
Bagaimana dengan perbukitan? "Potensi perbukitan yang ada mencetuskan ide untuk membuat konsep baru yang kekinian namun tetap mengoptimalkan nuansa tradisional Purworejo, yaitu glamping atau glamorous camping. Camping model ini cukup menarik bagi komunitas."
Arief yakin, potensi wisata itu bisa berkembang jika digarap optimal dan profesional dengan melibatkan dan dukungan masyarakat setempat, BUMDes, Pemda setempat, dan stake holder lainnya. Apalagi destiniasi itu tak jauh dari Bandara Yogyakarta International Airport, hanya enam menit dan tiga menit dari Stasiun KA Wojo, Purworejo.
"Dengan keberhasilan dalam pengelolaan destinasi wisata yang baru ini, saya yakin Purworejo yang selama ini dikenal sebagai kota yang kalem-kalem saja bakal menjadi ramai. Karena itu butuh dukungan dan keterlibatan berbagai pihak dalam pembangunan dan pengelolaan," kata dia