SEMARANG, suaramerdeka.com – Pandemi Covid-19 disebut-sebut memengaruhi remaja sehingga mereka merasa tertekan dan stres. Menurut Dosen Fakultas Psikologi Christine Wibowo MSi, hal itu perlu dikaji lagi karena jangan-jangan masalah yang mereka hadapi bukan karena adanya pandemi Covid-19 tetapi mereka sebelumnya sudah mempunyai masalah.
Mungkin saat di sekolah sebelum pandemi sudah ada masalah dan ketika ada Covid, semakin memperuncing persoalan yang mereka hadapi. Masalah yang dialami remaja tidak terselesaikan saat ada pandemi, jadi bukan karena Covid lalu mereka jadi tertekan dan stres.
“Persoalan ini tidak hanya dihadapi remaja tetapi juga anak-anak. Jadi jangan mengkambing hitamkan pandemi Covid-19, perlu diteliti lagi,” kata Christine saat dihubungi suaramerdeka.com, di Semarang.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Anak Usia Dini Rentan Stres
Stress menurutnya ada dua, pertama eustress yaitu yang pada bulan awal pandemi pada Maret 2020 mereka masuk ke zona ketakutan karena banyak pembatasan dan protokol yang dijalankan. Remaja bisa saja tertekan karena mereka banyak kegiatan di luar. Tetapi mestinya sambung Christine, hanya satu dua pekan saja dan setelah itu masuk zona belajar.
Remaja ketika masuk ke zona belajar, sudah tidak stres tetapi sudah mulai belajar keahlian baru pada akhir Maret. Setelah itu remaja mulai masuk ke zona bertumbuh di mana sudah memiliki keahlian baru. “Mestinya saat ini sudah tidak stres. Kalau masih stress bukan karena pandemi Covid tetapi karena faktor lain,” tambahnya.