JEMARI Wartiningsih (59) menata satu persatu bunga Telang secara melingkar di atas tampah. Bunga berwarna ungu itu baru saja dipetik pada pagi hari. Bunga kemudian dicuci, lantas dijemur dengan sinar matahari agar kering.
Wartiningsih selaku staf kantor Yayasan Pelkris Semarang, bersama rekannya hampir saban hari dalam satu tahun terakhir melakukan rutinitas itu. Panen bunga Telang hari itu di halaman Sekolah Luar Biasa Tunanetra SLB-A DRIA ADI Jalan Puri Anjasmara Blok K-8, Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Senin (28/12).
Pagar-pagar besi setinggi pinggang orang dewasa di sepanjang sekolah, telah dirambati tanaman sejenis polong-polongan itu. Terlihat rimbun dengan bunga yang berwarna ungu. Bunga inilah yang sering dimanfaatkan menjadi teh bunga Telang itu.
“Awalnya (bunga Telang) tumbuh sendiri di sini. Tapi kami belum tahu manfaatnya. Setelah kami diberitahu, mulailah ditanam lebih banyak. Itu sudah setahun lalu kira-kira. Lalu mulai betul-betul dilakukan pemanfaatan saat awal pandemi Covid-19 di Indonesia,” kata Wartiningsih.
Setiap hari setidaknya dapat memanen kurang lebih 1 kilogram bunga Telang basah. Dihasilkan dari tiga tempat. Di antaranya di halaman Sekolah Luar Biasa Tunanetra SLB-A DRIA ADI Jalan Puri Anjasmara, Panti Jompo di Jalan Dr Cipto, dan Singosari yang masih satu Yayasan Pelkris Semarang.