ADA banyak tatacara maneges, semadi, dan wiridan. Setiap penekunan kebatinan Jawa memiliki tatacara sendiri. Ada yang mudah dijalankan, ada yang sangat sulit, bahkan mustahil. Ada yang hanya dilakukan begitu saja tanpa syarat dan sarana apa-apa, ada yang perlu ubarampe berupa sesaji dan membakar dupa.
Sesaji dan slametan adalah sarana untuk berinteraksi dengan makhluk yang tidak kasat mata (gaib) dengan tujuan sama-sama berbakti kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Slametan juga dilakukan sebagai wujud sapaan kepada saudara "goib" yang berada di empat penjuru mata angin atau biasa disebut dengan "Sedulur papat lima pancer".
Sedulur yang ada di sisi timur disebut Tirtanata, sedulur yang ada di sisi utara disebut Warudijaya, sedulur yang ada di
sisi selatan disebut Purbangkara dan sedulur yang ada di sisi barat disebut Sinotobatara.
Sedang sesuatu yang disebut dengan Pancer adalah dirinya sendiri atau hati nurani setiap orang. Sedulur papat ini memiliki kemampuan dan mengendalikan hati nurani masing-masing orang.