SUARAMERDEKA.COM – Burjo merupakan singkatan dari bubur kacang ijo. Kata ini cukup akrab terdengar di telinga mahasiswa.
Bagaimana tidak ? burjo menjadi pertolongan pertama pada kelaparan yang melanda kaum mahasiswa.
Harga yang murah, rasa yang enak serta porsi yang banyak tentu sangat cocok bagi kebutuhan mahasiswa!
Si warung penolong ini, tentu harusnya identik dengan menu bubur kacang ijo.
Namun faktanya, burjo yang banyak tersebar di sekitar kampus malah menjual aneka nasi dan mie.
Hal ini tentu cukup menyimpang dari yang seharusnya.
Padahal ada kata lain yang juga dapat merepresentasikan warung ini dengan lebih spesifik, yakni “warmindo”.
Tapi pernahkah kalian bertanya, siapakah pencetus pertama kali warung penyelamat ini ?
Dilansir dari beberapa laman, penjual burjo ini banyak dipanggil aa’ atau teteh.
Hal tersebut kemudian menjadi rujukan asal mula warung yang identik dengan warna merah,hijau dan kuning ini.
Konon, penjual pertama warung burjo ini berasal dari Kuningan, Jawa Barat.
Dikutip dari laman inibaru.id, warung burjo bermula pada tahun 1947-an, di mana krisis ekonomi banyak terjadi di masyarakat.
Mereka dituntut untuk memutar otak agar bisa bertahan hidup dengan ekonomi yang belum stabil.