Sepanjang daya jangkau mata memandang, hamparan sawah memang telah menguning. Sebentar lagi para petani akan memasuki panen raya. Kalau saja tidak dalam suasana Lebaran Idul Fitri, tentunya mereka sudah memulai panen serentak sejak sepekan lalu.
Kondisi dan situasi yang tak beda, didapati Adjeng dan bupati saat memasuki Dusun Taban. Sengaja tidak mengunjungi pusat Desa Terkesi, karena menurut bupati, Taban sudah sangat cukup sebagai indikator bahwa seluruh Desa Terkesi juga sama dengan Taban yang sedang dikunjungi. Padi-padi juga telah masak.
Sejumlah penduduk sedang membuat pikulan dari batang bambu di halaman rumah masing-masing. Juga menyayat bambu sebagai thutus, yang nantinya digunakan mengikat gabah hasil panen, menjadi seukuran genggaman dua tangan setiap ikatannya. Gabah yang telah terikat dengan thutus, kemudian diusung ke rumah petani pemilik sawah. Petani buruh yang ikut memanen, akan beroleh imbalan sebanyak dua ikat dari dua belas ikat yang dibawa ke rumah pemilik sawah dengan cara dipikul, atau ada juga petani yang memberikan tiga ikat gabah dari tiga belas ikat yang dipetiknya dengan menggunakan ani-ani.
Menanti masa panen tiba, selain menyiapkan pikulan, thutus bambu, serta membersihkan bangunan lumbung yang terbuat dari kayu jati termasuk juga lantainya -- untuk menyimpan gabah yang telah dijemur kering, petani tinggal menjaga ladangnya agar terhindar dari serbuan burung lapar serta serangan celeng yang acapkali turun dari bukit dan keluar jauh meninggalkan sarangnya.
Di sela-sela berjaga di sawah, yang dilakukan secara bergantian oleh anggota keluarga, petani juga menyempatkan masuk ke hutan. Mereka mencari empon-empon yang meliar di sela-sela tanaman keras, untuk menambah penghasilan dari selain bersawah.
''Kelihatannya semua lahan sawah di Undaan panennya akan bagus hasilnya. Semoga nanti harga jual gabah juga bagus.''
''Den Mas akan mengecek kembali setelah panen selesai?''
''Nantilah, gampang. Lihat dulu nanti, bagaimana laporan dari para kepala desa.''
Bupati memandang sangat strategis soal kadar kegembiraan petani, sebab hal itu akan memengaruhi tingkat keamanan wilayah. Kalau sampai petani menderita kurang pangan akibat gagal panen, efek yang kemungkinan muncul bisa merepotkan pemerintahan. Bisa saja memicu tindak kriminalitas.
Tak berasa perjalanan lanjutan telah cukup jauh meninggalkan Taban dan melewati ruas jalan Klambu - Koedoes, di tepiannnya terdapat permukiman penduduk Desa Lambangan. Meniti jembatan kayu yang melintang di Sungai Juwana di Babalan, gerobak terus merambat ke utara, kemudian berbelok ke kanan ketika telah sampai di Desa Wates.
''Kita akan ke mana lagi, Den Mas?''