JAKARTA, suaramerdeka.com - Film Zeta: When The Dead Awaken, yang ceritanya ditulis sekaligus disutradarai oleh Amanda Iswan adalah bukan film semenjana, yang digarap dengan apa adanya. Dari pembangunan skenarionya, Mandy, sapaan Amanda Iswan, lulusan Quinnipiac University, School of Communications Hamden, Connecticut AS dengan major Film, Video and Interactive Media (2012-2015), film ini membutuhkan riset yang mendalam dan berkelanjutan.
Dengan keseriusan yang terukur, Mandy bersama timnya melakukan riset ihwal muasal penyakit yang bisa menjangkiti manusia, menjadi Zombie. Mulai dari asal muasal penyakitnya, cara hidup amoeba parasitnya, sampi cara penyakit itu menjangkiti manusia.
"Semua berbasis ilmu pengetahuan, yang kemudian saya laraskan dalam sebuah drama aksi, yang membuat pesan ceritanya sampai ke penontonnya, dengan menyasyikkan," ujar Mandy, ihwal film perdananya di Jakarta, Jum'at (11/5).
Dengan pengalaman intens dalam dunia perfilman, seperti pernah mendatangi Hong Kong Film Art hingga Cannes Film Market di Cannes Prancis, Mandy menjadi dirigen yang baik bagi sejumlah pendukung lakon Zeta.
Membuat Jeff Smith, Cut Mini, Dimas Aditya, Edo Borne, Willem Bevers, Joshua Pandelaki dan beberapa nama lainnya, membangun orkestrasi drama yang baik di film Zeta. Sehingga membuat film Zeta berbeda dengan film Zombie kebanyakan.
"Emang udah mulai banyak sih film-film zombie di Indonesia, tapi Zeta itu beda karena yang ini ada researchnya. Penyakit zombienya jelas. Mulai cara dia menjangkiti manusia, sampe gimana para orang-orang yang terinfeksi (zombie) itu bergerak," ujar Mandy.
Di tengah ketegangan akibat serbuan Zombie itu, Mandy tetap menyisipkan pesan, tanpa harus berpretensi menggurui kepada penontonnya.