Bukan pula film perang, tapi film tentang nasionalisme berbalut komedi percintaan. Film ini seperti menceritakan saat anak-anak main perang-perangan waktu kecil dulu. Sehingga wajar bila disana muncul cerita lucu yang justru menggemaskan.
“Ada perbedaan signifikan dengan yang sebelumnya. Sebab Nagabonar Reborn ini kami tulis ulang sejak kelahiran, masa kanak-kanak hingga dewasa tokoh utama yang bukan pencopet. Ini lebih komedi, perebutan cinta, bukan tentang perang,” ucap Gusti Randa selaku Produser menjawab yogyapos.com saat jumpa pers, di Hotel Alana, Jalan Monjali Yogyakarta, kemarin petang.
Perbedaan lainnya, lanjut Gusti Randa, setting cerita ketika zaman kolonial Belanda kemudian pendudukan Jepang dan kembali lagi di zaman kolonial Belanda. “Terus terang kami mengalami 8 kali revisi penulisan skenario. Supervisinya ibu Mutiara Sani. Target kami penonton milenial, dan ternyata pecah saat diputar pertama kali di Jakarta maupun Medan,” jelasnya. ''Jujur saja penontonnya mbludak cukup banyak,'' imbuhnya.
Ada satu hal yang cukup menarik dalam film ini, yakni hadirnya Ketua DPR Puan Maharani ikut bermain memerankan sosok utusan untuk mengabarkan tentang kemerdekaan dari pemerintah pusat. Peran ini bukan sekadar tempelan, tetap agar semakin menguatkan nilai-nilai nasionalisme.
“Saat itu belum semua rakyat dari daerah di Indonesia mengetahui kemerdekaan. Karenanya dalam usaha menginformasikan dilakukan pula melalui utusan-utusan. Mbak Puan memerankan sosok tersebut. Kebetulan juga beliau cucu Presiden Soekarno. Bagus mainnya,” jelas Gusti Rangga dengan didampingi sejumlah pemain seperti Rita Matumona, Delano Daniel, Elly Sugigi, Roby Tremonti, Deny Abal dan Fermana Manaloe.