BATANG, suaramerdeka.com - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyampaikan bahwa Indonesia yang masuk tiga besar negara produsen kakao, perlu menjadi salah satu negara produsen coklat yang siap dikonsumsi. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan fasilitas ‘teaching industry’ milik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini terus berinovasi.
"Katakanlah satu hektar lahan dapat menghasilkan satu ton kakao. Nah, harus dipikirkan bagaimana kedepannya dari luasan lahan yang sama bisa menghasilkan 3 atau 4 ton," ujar Menristekdikti, Mohamad Nasir saat memberi sambutan saat Peresmian PPKIPKT UGM di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Untuk itu, diperlukan terus-menerus teknologi dan inovasi yang terbaru. Selain itu, manajemen Pusat Pengolahan Kakao UGM juga harus terus menerus disesuaikan dan beradaptasi dengan kemajuan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang tengah mendunia saat ini.
Selain menghasilan berbagai inovasi, ia juga berharap akan selalu ada penelitian, rekayasa dan inovasi baru, yang dihasilkan oleh mahasiswa dan mahasiswi pascasarjana pada Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu (PPKIPKT) UGM, yang dipercayakan sebagai salah satu model ‘teaching industry’ di Indonesia.
"Kalau bisa kita berkolaborasi dengan peneliti lain baik di Indonesia, maupun dari luar negeri. Para peneliti di pusat ini, harus bisa menghasilkan doktor milenial yang spesifik dan unggul untuk pengolahan kakao kedepannya. Inovasi itu tidak terbatas, yang membatasinya hanya langit dan kemauan. Oleh sebab itu, para generasi muda Indonesia harus tidak pernah lelah untuk menghasilkan Good News From Indonesia dalam berbagai sektor," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia perlu menggunakan inovasi agar dapat menyaingi negara penghasil coklat dari Eropa. "Kita sebagai penghasil kakao nomor tiga di dunia, kita tidak boleh hanya puas sebagai ‘supplier’ kakao, tapi kita harus menghasilkan produk akhir," kata Menperin Airlangga.
Ia menyatakan UGM dapat turut berpartisipasi dalam mendorong Indonesia dapat menjadi penghasil coklat dunia. "Kami sudah sampaikan kepada Bapak Presiden bahwa pabrik ini adalah ‘teaching industry’, dimana diharapkan industrialisasi sudah masuk ke kampus," tuturnya.