Bergeser ke Platform

Red
- Kamis, 22 November 2018 | 08:06 WIB
Foto: suaramerdeka.com / dok
Foto: suaramerdeka.com / dok

PERUBAHAN  berlangsung begitu cepat. Apa yang kemarin ada, sekarang tidak ada. Kemarin eksis, sekarang tenggelam. Kemarin besar, sekarang kecil. Sebaliknya, yang kemarin kecil sekarang raksasa. Contoh paling aktual, nilai kapitalisasi Go-Jek sekarang mencapai sekitar Rp 60 triliun. Ini terjadi dalam jangka waktu yang pendek sekali. Meski Go-Jek tak memiliki satu pun armada, tetapi mengalahkan perusahaan taxi Blue Bird yang nilai kapitalisasinya sekitar Rp 12 triliun.

Apa yang sebenarnya terjadi? Disruption, great sifting, ataukah itu hukum percepatan karena dunia mau kiamat? Eit nanti dulu. Sekarang kita bicara dulu tentang kecepatan  arus informasi  yang mengguncang dunia dalam dua puluh tahun terakhir.

Pemakaian bandwith lintas negara tahun 2005 baru sebesar 4,7 terabit per detik (Tbps), tiba-tiba meningkat jadi 211 Tbps pada 2014. Berapa peningkatannya? 45 kali lipat. Dan, diperkirakan oleh para ahli, pada 2024 nanti akan melipat lagi minimal 10 kali lipat.

Perubahan itu tak lagi lurus-lurus, atau landa-landai saja. Tetapi melipat-lipat, yang semula meningkat secara eksponensial mengikuti Hukum Moore. Hukum ini sangat terkenal dalam dunia microprocessor yang diperkenalkan oleh Gordon E Moore, salah satu pendiri Intel. Tetapi dalam sekejap, Hukum Moore tidak relevan lagi ketika prosesor Intel yang diberi code Nehalem yang diproduksi dengan menerapkan teknologi nano bergeraknya tidak lagi mengikuti hukum Moore. Tetapi, meski demikian Moore telah menyumbang perkembangan teknologi informasi, sehingga hari ini kita bisa menikmati computer berkecepatan 3GHz.

Bila dulu radio membutuhkan waktu sekitar 40 tahun untuk memasuki 50 juta rumah tangga, tetapi internet hanya butuh tiga tahun, setahun untuk Facebook, dan Sembilan bulan untuk Twitter. Bukan tidak mungkin, nantinya ada hanya hanya butuh waktu sebulan untuk mencapai angka yang sama.

Dari Produk ke Platform

Bukan Cuma informasi yang mengalami percepatan. Tetapi  manusia telah memindahkan kegiatannya ke smartphone. Berbelanja, memesan tiket pesawat, memesan hotel, melakukan perjalanan ke mana pun tanpa harus melewati kerumitan yang tinggi. Semua kini, ada dalam segenggam handphone. Bahkan, kini telah melaju peradaban lain, yakni konsultasi kesehatan, hukum, psikologi, keagamaan semua telah berubah.

Dulu, KH Zainuddin MZ dikenal sebagai dai sejuta umat. Kini Ustad Abdul Somad (UAS) dikenal sebagai ustad sejuta viewer.  Nike, yang semula melulu sebuah produk kini telah menjadi platform. Sebelumnya, AA Gym sebenarnya sudah menjadi platform. Beliau bukan sekadar seorang ustad, tetapi di pesantrennya berkembang menjadi sebuah ekosistem, ada pesantren, ada supermarket, ada komunitas pecinta Aa, ada terminal bus, dan sebagainya.

Ekonomi telah bergeser ke platform. Apa itu ekonomi berbasis platform ? Penjelasannya sederhana. Pada awalnya, Go-jek adalah jasa antar jemput orang. Seperti halnya ojek yang biasa kita lihat mangkal di berbagai pojok jalan. Sekarang, kita melihat Go-Jek mengalami kecepatan transformasi dengan memiliki Go-Send, Go-Food, Go-Pay, Go Car, Go-BOX, GO CLEAN, dan lain-lain. Semula hanyalah jasa angkut orang, dengan cepat berkembang menjadi jasa antar makanan, logistik, ekspedisi, dan juga jasa keuangan. Dengan model bisnis yang seperti ini tentu Go-Jek telah berevolusi dari satu jasa, lalu berkembang menjadi marketplace.

Hal yang sama juga Nike. Awalnya hanya sepatu olahraga, tetapi berubah setelah Nike mengakusisi The Fuelband. Jadilah Nike yang kemudian dilengkapi dengan jam tangan canggih bisa memberi informasi yang bisa melacak aktivitas fitness penggunanya mulai dari berapa telah melangkah, kalori yang telah dibakar, dll. Ketika

Nike bukan semata-mata sepatu, dan telah berubah menjadi sebuah ekosistem, maka itulah platform. Jadi, Go-Jek, Grab, Nike, dan lainnya itu berkembang dengan luar biasa karena sentuhan teknologi.Pergeseran-pergeseran tersebut harus dibaca dengan sungguh-sungguh, karena itulah yang akan membentuk ekonomi dalam kurun waktu 3-lima tahun ke depan.

Masuknya digital startup, dan juga teknologi finansial  (tekfin) yang  semarak akhir-akhir ini juga akan mengubah peta perbankan dan finansial. Tekfin ini perkembangannya sangat membantu masyarakat seperti semaraknya crowdfunding (penggalangan dana secara masal). Konsep inilah yang sedang dilakukan BJ Habibie dalam mengembangkan pesawat R80. Kemudian microfinancing juga mulai semarak. Ini bentuk layanan keuangan bagi masyarakat menengah bawa. Mereka tidak memiliki kekuatan apa pun untuk masuk atau meminjam ke perbankan konvensional. Ada juga P2P Lending Service, ini jenis tekfin untuk masyarakat yang membutuhkan akses keuangan untuk memenuhi kebutuhan.

Atau yang telah lama beredar di masyarakat adalah tekfin pembayaran seperti pembayaran listrik, kartu kredit, pulsa pasca bayar. Intinya adalah layanan pembayaran. Sedangkan tekfin yang relative belum populer adalah tekfin market comparation, di mana konsumen dapat membandingkan berbagai macam produk keuangan dari berbagai penyedia layanan atau jasa keuangan. Transaksi tekfin ini pada dua tahun lalu diperkirakan sudah menembus sekitar 15 miliar dolar.

Crowdfunding Menjamur

Halaman:

Editor: Andika

Tags

Terkini

Kadin-Investree Siapkan Modal Kerja Ekatalog

Rabu, 7 Juni 2023 | 19:00 WIB
X