JAKARTA, suaramerdeka.com - Fluktuasi harga pangan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi prevalensi angka stunting di Indonesia.
Penelitian terbaru Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) yang berjudul Policy Barriers to a Healthier Diet: The Case of Trade and Agriculture' menunjukkan, keterjangkauan pangan menentukan status gizi individu.
"Fluktuasi harga pangan mempengaruhi konsumsi pangan sebagian masyarakat Indonesia, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, menjaga keterjangkauan pangan sangat penting," jelas Head of Agriculture Research CIPS, Aditya Alta.
Baca Juga: Kemlu RI Akan Panggil Dubes Swedia Imbas Aksi Pembakaran Alquran
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021 menunjukkan, rata-rata biaya makanan bergizi seimbang di Indonesia adalah Rp 22.126 per hari per orang atau Rp 663.791 per bulan per orang.
Berdasarkan biaya makan di 90 kota pada tahun 2021, sekitar 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia tidak mampu membayar jumlah tersebut.
Aditya menambahkan, pandemi Covid-19 semakin menambah beban mereka yang berpenghasilan rendah.
Baca Juga: Soal Perpanjangan Masa Jabatan, Presiden Jokowi Persilakan Kepala Desa Sampaikan Aspirasi ke DPR
Berkurang atau hilangnya penghasilan membuat kecukupan gizi pada konsumsi pangan semakin tidak diprioritaskan.
Mereka biasanya cenderung memilih pangan dengan kandungan karbohidrat tinggi yang mengenyangkan tetapi minim nilai gizinya.
Artikel Terkait
Dukung Ketersediaan Pangan DKI Jakarta, JIEP Siapkan Cold Storage di Kawasan Industri Pulogadung
Waspada! 4 Persen Pangan di Jateng Mengandung Zat Pencemar, dari Perstisida hingga E-Coli
Ibaratkan Tikus Mati di Lumbung Padi, MPR Titip Pesan ke Jokowi Soal Harga Pangan Global Naik 14 Persen
Wujudkan Ketahanan Pangan di Kota Semarang, Ajarkan Urban Farming kepada Anak
Satgas Pangan Polda Jateng Tanam Jagung di Pringapus, Dukung Ketahanan Pangan