JAKARTA, suaramerdeka.com - Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Bank Indonesia (BI) melihat ada lima hal yang berpeluang jadi sebab gejolak ekonomi global hingga tahun depan.
Dalam pantauan pada laman YouTube Komisi XI DPR RI, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, bahwa perang Rusia dan Ukraina masih belum dapat diketahui kapan akan berakhir.
Bahkan, perang dagang yang saat ini terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, diprediksi malah semakin memanas.
Baca Juga: Manchester United-Cristiano Ronaldo Resmi Berpisah, Intip 5 Faktor yang Diduga Menjadi Penyebab
Hal serupa juga pempengaruhi situasi geopolitik di Taiwan.
Terlebih pemerintah China akan memperpanjang kebijakan lockdown hingga Semester I 2023.
Kondisi global ini yang berpengaruh pada perekonomian global dan Indonesia.
Baca Juga: Tinjau Lokasi Gempa Cianjur, Presiden: Dahulukan Evakuasi Korban yang Tertimbun
"Ada lima hal yang mencirikan gejolak ekonomi di tahun ini maupun juga kemungkinan tahun depan di global," ujar Perry Warjiyo, saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa, 22 November 2022.
Perry Warjiyo juga merincikan lima hal pontensial sebabkan gejolak ekonomi global hingga 2023, yakni :
1. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global
Perry Warjiyo mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan ekonomi global pertama kali akan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Bahkan probabilitas terjadinya resesi di AS sudah mendekati 60 persen, demikian juga di Eropa.
"Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dunia yang semula tahun ini 3 persen, kemungkinan akan turun menjadi 2,6 persen. Bahkan juga ada risiko-risiko turun lagi menjadi 2 persen terutama di Amerika dan di Eropa," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI.
Artikel Terkait
Bank Indonesia Optimistis Indonesia Tidak Masuk Resesi, Kuncinya di Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Bank Indonesia Jawa Tengah Gaspol Dukung Pemprov Genjot Pertumbuhan Investasi
Bank Indonesia Jawa Tengah Dorong Penerapan Ekonomi Hijau Untuk Pembangunan BerkelanjutanÂ
Turunkan Ekspektasi Inflasi, Bank Indonesia Resmi Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Bps Jadi 5,25 Persen
Pemerintah Bisa Redam Dampak Negatif Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia, Perlu Shock Absorber