JAKARTA, suaramerdeka.com - Upaya Indonesia untuk menjadi tuan rumah, juru damai dalam Presidensi G20 bisa jadi berujung tanpa ada kesepakatan bersama.
Dengan begitu bisa dipastikan konflik geopolitik akan terus berlangsung, kian memperdalam persoalan ekonomi dunia.
“Tanpa adanya Komunike dalam leaders summit G20 maka yang harus dilakukan adalah Indonesia, waspada karena perang mungkin akan terus berlanjut, dengan Putin tidak hadir, itu meniadakan adanya kerja sama multilateral untuk menyelesaikan masalah perang dan krisis secara global,” sebut Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira.
Dengan begitu harga komoditas dunia masih akan tinggi, yaitu energi dan pangan.
Baca Juga: Jangan Bohong, hanya Demi Mendapat Set Top Box Gratis, Harga STB Cukup Murah Kok
Jika kerja sama multilateral tidak bisa menemukan kata sepakat, maka pemerintah diminta untuk memperkuat kerja sama bilateral antar negara.
“Misalnya, Indonesia punya kepentingan gandum dengan India dan Ukraina, ya berhadapan langsung dengan pemimpin negara itu, atau dengan yang berkepentingan. “ jelas Bhima.
Lalu Bhima mengatakan, komitmen investasi yang sempat tercetus dalam pertemuan G20, harus dikejar realisasinya, sehingga menjadi penahan atas tekanan eksternal.
Kemudian tiga pokok besar yang diusung dalam presidensi G20, dua di antaranya memiliki peluang besar untuk diperdalam.
Artikel Terkait
G20 Dapat Meningkatkan Ekonomi Digital dan Transformasi Digital dalam Rangkaian Kelompok Kerja DEWG
KTT G20, Optimisme Upayakan Kesepakatan Leaders' Declaration
Dapat Penghargaan Global Citizen Award Jelang KTT G20, Presiden Jokowi Ajak Bicara Kemajemukan dan Kemiskinan
KKT G20 Bali: Akhiri Ketegangan, Biden dan Xi Jinping Bakal Bertemu
Pertemuan Bilateral Antara Jokowi dan Joe Biden di Bali, Harapkan KTT G20 Hasilkan Kerja Sama Konkret