SEMARANG, suaramerdeka.com - Ancaman resesi yang bakal terjadi di tahun depan, menjadi pembicaraan hangat belakangan ini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah memberikan masukan agar resesi tidak sampai ke Indonesia.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan pemerintah pusat sudah memberikan sinyal terkait adanya ancaman resesi pada tahun depan.
Baca Juga: Ancaman Resesi, Trading Emas Untuk Investasi Masih Diminati Tapi Cek Dulu Legalitas Bappebti
Rahmat menjelaskan, memang ancaman resesi sekarang ini sedang ramai dibicarakan banyak orang di sejumlah forum.
Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga beberapa kali kerap mengingatkan soal ancaman resesi di tahun depan.
Menurut Rahmat, ancaman resesi bisa dihindari jika pemerintah mengambil kebijakan secara tepat dalam upaya penyelamatannya.
Tidak hanya dilakukan di tingkat pusat saja, tetapi hingga daerah pelosok.
"Ya kalau kita lihat kan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III saja sebesar 5,7 persen, tapi Jawa Tengah agak sedikit turun. Pendorong utamanya adalah konsumsi masyarakat sehingga daya beli ini yang harus dijaga," kata Rahmat saat ditemui di Hotel Gumaya Semarang, Rabu 9 November 2022.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, upaya yang bisa dilakukan pemerintah dalam mencegah masuknya resesi di Indonesia dengan adanya program bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat menengah bawah atau yang membutuhkan.
Rahmat mencatat, peningkatan daya beli dengan pemberian dana bantuan sosial bansos cukup dibutuhkan.
"Ketika investasi masuk, maka ada akan serapan tenaga kerja di sekitar lokasi usaha investor. Sehingga, mampu menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat," jelasnya.
Rahmat menyebutkan, sesuai tugasnya Bank Indonesia sudah menerima mandat untuk menjaga laju inflasi dan akan terus mencoba mengendalikan inflasi sesuai akar permasalahan di lapangan.
Diketahui, sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan tentang ancaman resesi yang mengintai ekonomi global pada tahun depan.
Resesi terjadi karena sejumlah hal, dari mulai perubahan iklim hingga meningkatnya tensi geopolitik.
Menurut Sri Mulyani, APBN akan terus menjadi instrumen menjaga stabilitas perekonomian. Namun jika ancaman-ancaman tersebut tidak diantisipasi, maka APBN akan bocor.
"APBN akan tetap berperan sebagai shock absorber. APBN selalu menjadi instrumen penahan tekanan gejolak krisis, sama ketika pandemi kemarin," ucap Sri Mulyani.
Artikel Terkait
Mobil Literasi dan Edukasi Keuangan SiMOLEK Diluncurkan di Semarang, Tekan Investasi Bodong dan Pinjol Ilegal
Dampak Perlambatan Ekonomi 2023 Terasa, Pemerintah Perlu Usaha Ekstra untuk Capai Pertumbuhan 5,3 Persen
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Baik, Bisnis Franchise Jadi Incaran
CJIBF 2022 Catatkan Kepeminatan Investasi Rp19,43 Triliun, Pemprov dan BI Jateng Siap Kawal Calon Investor