Cerita Kapal Gas Attaka Mengarung Samudera, Energi Tangguh Pelaut Pertamina

- Senin, 31 Oktober 2022 | 14:27 WIB
Menjelang petang, salah satu kru kapal gas Attaka berkomunikasi mengecek situasi dan kondisi pelayaran saat berlabuh 5 mil dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat 28 Oktober 2022. (suaramerdeka.com/Modesta Fiska)
Menjelang petang, salah satu kru kapal gas Attaka berkomunikasi mengecek situasi dan kondisi pelayaran saat berlabuh 5 mil dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jumat 28 Oktober 2022. (suaramerdeka.com/Modesta Fiska)

SEMARANG, suaramerdeka.com- Misi khusus kapal gas Attaka membawa muatan LPG Fully Pressurized memang penuh tantangan.

Banyak kisah dramatis perjalanan kapal dari cuaca buruk bahkan ancaman perompak hingga risiko lainnya saat bertugas sebagai pelaut. Seperti apa?

Berlayar dari Terminal LPG Tanjung Sekong menuju Pelabuhan Tanjung Emas, kapal tanker LPG Attaka berisi LPG berupa propane dan butane ini harus dibawa dengan hati-hati.

Baca Juga: Perluas Rute Pelayaran Internasional, PIS Agresif Berburu SDM Bertalenta Penuhi Kebutuhan Industri Maritim 

Bukan hanya keandalan penguasaan teknologi saja yang dibutuhkan, tapi juga bagaimana memecah kebuntuan para pelaut ini saat bertugas di kapal selama berbulan-bulan.

Ya, faktor kelelahan dan rasa bosan menjadi salah satu penyebab performa kerja bisa menurun.

Capt. Agus Sapriandono yang memimpin kapal gas Attaka selama tiga bulan terakhir ini tak menampik hal tersebut.

Baca Juga: 8 Penyebab Kanker Serviks pada Wanita yang Tidak Disadari, Nomor 3 Paling Sering, Cek Faktanya

Pria berusia 54 tahun yang sudah malang melintang di industri pelayaran hingga tujuan ke luar negeri ini mengaku masih betah berlayar di bawah naungan PT Pertamina International Shipping (PIS).

Dengan muatan kargo LPG hingga 1.700 MT, proses loading di Tanjung Sekong Merak Banten untuk menuju Semarang, di saat sekarang ini belum terlalu terpengaruh oleh cuaca.

Ketinggian ombak yang relatif masih kondusif antara 1-1,5 meter.

Namun memang rasa rindu kepada keluarga jadi risiko bagi seorang pelaut yang harus bertugas selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya.

Baca Juga: Istimewa, Bikin Pupuk Ajaib dari Air Cucian Beras dan Bahan Ini. Warna Bunga Bougenville Makin Ciamik

“Dulu waktu di luar negeri, sebulan bisa habis USD 500 dolar untuk telfon saja, di Pertamina yang sekarang terpenting tiap hari bisa telfonan ada WiFi terpasang di kapal,” papar Capt Agus.

Immanuel, yang bertugas sebagai Mualim 1 pun menyampaikan proses perjalanan Attaka relatif lebih aman dibanding wilayah lainnya.

Halaman:

Editor: Modesta Fiska

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X