Terjadi Perubahan Dinamika Ekonomi, Asumsi Nilai Tukar APBN 2023 Perlu Revisi

- Senin, 17 Oktober 2022 | 19:23 WIB
- Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira  (foto: kppod.org)
- Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira (foto: kppod.org)

Lalu yang terakhir, meningkatkan porsi Local currency settlement dengan penambahan kerjasama negara tujuan ekspor utama menggunakan kurs lokal.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia terhitung masih lebih tahan banting dari krisis ekonomi yang kini terjadi di tingkat global dibanding banyak negara lain.

"Beberapa lembaga pemeringkat seperti S&P dan lain-lain melihat ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah banyak negara ratingnya turun. Ini sekali lagi menunjukkan fundamental ekonomi kuat dan dari keuangan, utang, fiskal dan moneter cukup prudent," kata Menko Airlangga beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Lesti Kejora Dihantam Hujatan Netizen, Ivone: Sebaiknya Keep Calm Dulu

Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, pelemahan nilai rupiah, namun masih banyak negara lain yang terdepresi lebih dalam.

Sementara itu Direktur Centre For Budget Analysis (CBA) Uchok sky Khadafi mengungkapkan agar semua pihak tidak terlena dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang masih mampu bertahan.

Bahkan mendapat pujian dari International Monetary Fund (IMF).

Menurutnya, tantangan ke depan akan semakin berat.

Baca Juga: Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT, Ivone Inawade Sudah Prediksi Semenjak Awal

Hal itu ditunjukkan salah satunya dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin memperberat beban APBN.

"Badai ekonomi makin mendekat, ketika lemahnya rupiah akan membebani APBN kita," terangnya.

Menurutnya, Indonesia masih menggunakan dolar AS untuk membayar hutang luar negeri dan keperluan lain.

Ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS, maka akan semakin bertambah besaran rupiah yang dikeluarkan.

Baca Juga: Rizky Billar di Mata Ivone Inawade: Orangnya Baik dan Selalu Berterus Terang

"Karena ketika mau bayar utang dan bunga utang dalam bentuk dollar AS, akan naik tinggi dalam rupiah. Belanja impor bahan baku atau yang lain, akan tinggi dan mahal. Daya beli rakyat makin lemah, dan lama kelamaan, rupiah tidak laku lagi sebagai transakai jual beli dalam negeri sendiri," sambungnya.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X