JAKARTA, suaramerdeka.com - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya yang subsidi yakni Pertalite (RON 90) diprediksi akan sulit mengalami penurunan dalam waktu dekat atau pada November 2022 mendatang.
Salah satu faktor penyebab sulit turunnya harga BBM ini adalah nilai tukar (kurs) tengah mengalami kelesuan sejak awal bulan ini.
Penurunan nilai tukar ini yang memengaruhi harga jual BBM di dalam negeri.
Saat ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) nyaris menembus Rp 15.500 per US$.
Tim suaramerdeka.com mencoba melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.465 per US$, melemah 0,26% di pasar spot.
Depresiasi bertambah menjadi 0,29% ke Rp 15.470 per US$ pada pukul 9:03 WIB. Rupiah pun semakin dekat dengan Rp 15.500 per US$.
Bank sentral AS (The Fed) yang akan terus agresif menaikkan suku bunga dan isu resesi dunia menjadi kombinasi sempurna yang membuat dolar AS semakin menguat.
Posisi rupiah kini semakin jauh dari asumsi kurs pada perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 dalam Peraturan Presiden No.98 tahun 2022 yang dipatok Rp 14.450.
Artikel Terkait
Kenaikan Harga BBM Picu Inflasi Jawa Tengah Tembus 1,19 Persen di September 2022
TPID Jateng Akan Lakukan Program Pengendalian Inflasi untuk Meredam Dampak Kenaikan Harga BBM Subsidi
Imbas Kebijakan Penghapusan Penjualan BBM Beroktan Rendah, SPBU VIVO Siap Jual RON 90
BBM Naik, Mobil Irit Jadi Dilirik, Ini Daftar 8 Mobil MPV Irit yang Harga Merakyat gak Bikin Melarat
Dibanding Malaysia, Total Subsidi BBM di Indonedia Dinilai Tidak Rasional, Pengamat Minta Pertamina Diaudit