Belum 2023, Negara Ini Sudah Alami Resesi, Angka Inflasi Mencapai 78,5 Persen

- Rabu, 12 Oktober 2022 | 11:13 WIB
Ilustrasi terjadinya resesi global. (Pixabay / Gam-OI)
Ilustrasi terjadinya resesi global. (Pixabay / Gam-OI)

BUENOS AIRES, suaramerdeka.com - Belakangan, prediksi mengenai ancaman resesi terhadap perekonomian global di tahun 2023 semakin ramai dibicarakan.

Prediksi resesi sendiri dikuatkan pernyataan beberapa lembaga maupun pakar ekonomi seperti Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) sampai Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperingatkan ancaman resesi global 2023.

Meskipun Negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman diprediksi mengalami resesi mulai tahun depan dengan memberi dampak terhadap Negara lain termasuk Indonesia.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta 12 Oktober 2022: Ada Jasad Usai Kebakaran Gudang, Apakah Sienna Meninggal?

Bahkan, Argentina sudah terlebih dahulu mengalami krisis ekonomi yang luar biasa.

Menurut bigalphaid, Negara asal pemain sepak bola dunia Lionel Messi, dikabarkan memiliki angka inflasi sebesar 78,5 persen per Agustus lalu.

Hal ini diperburuk dengan suku bunga acuan Argentina yang tercatat telah mencapai 75 persen per September 2022.

Baca Juga: Pilih Mana, Kelinci untuk Konsumsi atau Hias? Cek Dulu Harga Jenis Anggora

“Bank Sentral Argentina (BCRA) juga sempat mengeluarkan survei perkiraan inflasi pada 2022, yakni sebesar 100,3 persen,” tulis bigalphaid.

Tidak berhenti sampai di situ, mata uang Argentina (peso) pun mengalami penurunan sebesar 31,17 persen terhadap USD secara year to date.

Masih belum cukup, bigalphaid melanjutkan bahwa Argentina juga memiliki rasio utang terhadap PDB yang mencapai 75,7 persen untuk kuartal 2 tahun 2022.

Baca Juga: TC Timnas Indonesia U-20 di Turki: Cahya Supriadi Absen, Shin Tae-yong Panggil Kiper Borneo FC

“Jika dibandingkan dengan rasio utang Indonesia terhadap PDB hanya sebesar 39% di tahun dan kuartal yang sama,” lanjut bigalphaid.

Negara Argentina sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi krisis ini salah satunya dengan bantuan pendanaan yang telah disetujui IMF sebesar USD 3,8 miliar pada 7 Oktober 2022.

Pendanaan ini merupakan tahap ketiga dengan total USD 44 miliar dalam bentuk paket 30 bulan dan sudah disetujui Maret lalu.

Halaman:

Editor: Andika Primasiwi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X