Salah satunya, PT Phapros Tbk, merupakan perusahaan milik negara yang menerapkan green energy sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi emisi karbon.
Baca Juga: Gencarkan Edukasi, Jumlah Investor Pasar Modal Tumbuh Signifikan
Emiten berkode saham PEHA tersebut memanfaatkan teknologi washing steriline pada fasilitas produksi produk injeksi.
Modifikasi pada mesin-mesin tersebut berhasil menurunkan konsumsi air hingga 50 persen atau 225 ribu liter per tahun dan meningkatkan efisiensi perusahaan sebesar 12,9 persen per tahun.
Phapros sendiri berhasil memperoleh PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 8 kali sejak 2012 – 2020.
Menurut Technical Analyst dari BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani, secara bisnis, saham Phapros sangat menarik terutama setelah melakukan transformasi green energy dari BBM solar ke CNG dan juga panel surya karena adanya potensi efisiensi.
"Pelemahan rupiah berpotensi menjadi sentiment negatif yang harus diantisipasi emiten farmasi karena banyak raw material yang masih impor dari Eropa, China dan India. Salah satu cara antisipasinya adalah melakukan hedging kurs," imbuhnya.
Pakar industri farmasi dari Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi (STTIF) Bogor Siti Mariam mengatakan, sektor ini bisa lebih berkembang.
Baca Juga: Integrasi Kawasan Industri di Jateng Pacu Daya Saing untuk Tarik Investor Asing
Artikel Terkait
Gara-gara Elon Musk Mencicipi Permen Kopiko, Saham Mayora Menguat
Mantan Pengurus dan Pemegang Saham BPR Citraloka Dana Mandiri Dipailitkan, Ini Penjelasan LPS
Dari Lantai Trotoar ke Lantai Bursa, Kebab Baba Rafi IPO Lepas 948,09 Juta Saham
Gelontorkan Hampir 1 Milliar, Founder dan CEO IDEA Terus Koleksi Saham Perusahaan