MAGELANG, suaramerdeka.com – Pertengahan tahun 2010 menjadi awal Charles Bernadus Kumentas (60) memulai usaha pembuatan kue kering Bagelen Oke. Usahanya bermula ketika sang istri coba-coba bikin kue di sela kesibukannya mengurus rumah tangga.
“Istri yang mengawali usaha ini beberapa bulan sebelum erupsi Merapi 2010. Sifatnya kecil-kecilan saja, istri membawa kuenya ke teman-temannya dan ternyata pada suka,” ujar bapak yang akrab disapa Ben itu saat ditemui di rumah produksinya Kupatan RT/RW 03/09 Kedungsari Kota Magelang, Rabu (28/7).
Dia menuturkan, usaha kuenya terus berkembang. Terlebih, setelah usahanya sendiri di bisnis kertas mengalami kebangkrutan, sehingga ia memfokuskan diri membesarkan bisnis kue keringnya.
Baca Juga: BOR Isolasi Covid-19 Menurun, Hendi: Kebutuhan Oksigen Aman
Menariknya, Ben dan istri, Lindawati (60) mempekerjakan karyawan dari kalangan difabel yang memiliki keterbatasan fisik. Di awal usaha, pasangan suami-istri ini mengkaryakan 10 karyawan difabel dengan keterbatasan beragam dari tunarungu, tunawicara, hingga tunagrahita.
“Kami merasa tergerak hati untuk membantu mereka bekerja, karena tidak banyak usaha yang bisa menerima mereka. Lagipula saya menjalani usaha ini juga sebagai ladang ibadah,” katanya.
Seiring perjalanan waktu, saat ini karyawan dari difabel tersisa sebanyak empat orang, terdiri dari tiga laki-laki dan satu wanita. Keempatnya memiliki kekurangan di pendengaran, bicara, dan intelektual.
Baca Juga: Melegakan! BOR Ruang Isolasi 6 Rumah Sakit Blora Tinggal 40 Persen
Artikel Terkait
Warning Menaker : Swasta Wajib Pekerjakan 1 Persen Difabel
Pemulihan Ekonomi, Dinkop dan UMKM DIY Rangkul Komunitas Difabel