SEMARANG, suaramerdeka.com - PT Pertamina (Persero) secara resmi telah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax menjadi Rp14.500 per liter
Meski telah menaikkan harga, namun Pertamina masih menanggung kerugian karena harga jual yang di bawah harga keekonomian.
Direktur Eksekutif Refor-Miner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, secara fakta, Pertamax yang dijual oleh Pertamina lebih murah dibandingkan dengan pesaingnya, seperti Shell, Vivo dan Total.
Baca Juga: Dalang Pembunuh Munir Masih jadi Misteri, Bjorka Buka Sayembara 1.000 Dolar AS untuk Netizen
Jika dibandingkan dengan kompetitor, misalnya Shell, yang menjual produk RON 92 atau Shell Super seharga Rp15.420 - Rp15.750 per liternya.
"Kalau lihat dengan harga pesaing masih jauh di bawah ya. Kalau harga belinya sama dengan harga BBM pesaing, maka secara sederhana bisa dikatakan rugi. Tapi ruginya berapa, harus dilihat detail datanya," katanya, Selasa 13 September 2022.
Menurut Komaidi, Pertamina tidak seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya, karena dalam tingkatan tertentu harus mengikuti kebijakan pemerintah yang merupakan pemegang saham.
Dengan begitu, meski terdapat aturan yang membebaskan Pertamina menentukan harga Pertamax sesuai dengan harga pasar, namun kebijakan penentuan harga harus seijin pemerintah.
"Secara regulasi, Pertamax memang diberikan kepada badan usaha. Tapi Pertamina harus diskusi dulu dengan pemerintah sebagai pemegang saham. Sedangkan pemerintah punya pertimbangan banyak, mulai dari pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk miskin, daya beli dan lain – lain," ungkap Komaidi.
Artikel Terkait
Berapa Harga Bensin Sekarang, Cek Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertalite Hingga Pertamina Dex
Soal Kuota BBM, Ahli Ekonomi UGM: Naikkan Harga Pertalite, Turunkan Harga Pertamax
Warga Kaliwungu Kendal Ditangkap Polisi, Timbun dan Jual Pertalite di Oplos ke Pertamax dan Premium
Tak Jadi Prank! Harga Pertalite, Solar dan Pertamax Resmi Naik Sore Ini