JAKARTA, suaramerdeka.com - Investasi juga membuka peluang pelatihan bagi petani maupun pekerja di sektor pertanian.
Perusahaan yang melakukan investasi umumnya memberikan pelatihan yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pertanian, seperti pertanian berkelanjutan dan pertanian presisi.
Peneliti CIPS Indra Setiawan menuturkan, terhambatnya investasi di sektor pertanian juga berpotensi menghambat perkembangan teknologi pertanian di Indonesia.
“Indonesia saat ini memerlukan teknologi pertanian yang mampu menekan ongkos produksi dan transaksi petani serta meningkatkan mutu pangan dan nutrisinya,” kata dia.
Baca Juga: Testing-Tracing Daerah PPKM Level 4 Masih Rendah, Hanya 5 Wilayah Capai Target
Investasi, ujar Indra, merupakan salah satu jalan bagi transfer teknologi, terutama investasi asing dari negara-negara yang memiliki pertanian yang lebih maju dari Indonesia.
Rekomendasi CIPS untuk mengurangi dampak negatif dominasi holding BUMN pangan di kemudian hari adalah, pembentukan holding BUMN holding pangan harus diikuti rencana reformasi BUMN itu sendiri.
Perlu adanya rencana-rencana strategis untuk meningkatkan tata kelola perusahaan, seperti melalui Initial Public Offering (IPO) holding BUMN pangan.
Baca Juga: Tokocrypto Dorong Adopsi Blockchain di Indonesia dengan Gelar TKO Summit 2021
Melalui IPO, pengawasan publik dapat lebih ditingkatkan sehingga transparansi holding BUMN pangan akan semakin baik pula.
Artikel Terkait
Investasi Aset Kripto Tengah Naik Daun, Hindari 3 Larangan Ini
Aset Kripto sebagai Instrumen Investasi Online
Holding BUMN Klaster Pangan Berpotensi Hambat Masuknya Investasi pertanian