NEW YORK, suaramerdeka.com - Dolar kembali melemah sekaligus memangkas kenaikan baru-baru ini pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB).
Pelemahan itu terjadi usai perkataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Kongres bahwa ekonomi AS "masih jauh" dari level yang ingin dilihat bank sentral sebelum mengurangi dukungan moneternya.
Komentarnya muncul ketika sebuah laporan menunjukkan harga produsen AS naik lebih besar dari yang diperkirakan, membukukan kenaikan tahunan terbesar mereka dalam lebih dari 10,5 tahun.
Sehari sebelumnya, data menunjukkan inflasi AS pada Juni mencapai level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
Baca Juga: Emas Naik Tajam Setelah Kebijakan Moneter Akomodatif Dilanjutkan Fed
Inflasi yang kuat telah mengangkat greenback ke level tertinggi tiga bulan, karena fokus dipertajam ketika bank sentral di seluruh dunia akan mulai menarik stimulus era pandemi.
Penurunan juga terjadi pada indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya sebesar 0,43 persen pada 92,404.
Sebelumnya indeks naik setinggi 92,832 - tepat di bawah 92,844 yang dicapai minggu lalu untuk pertama kalinya sejak 5 April.
Baca Juga: Hoaks, Program Ahok dalam Penanggulangan Virus Corona
Bank sentral Kanada, Bank of Canada, mengatakan akan memangkas pembelian obligasi mingguan menjadi dua miliar dolar Kanada (1,6 miliar dolar AS) dari tiga miliar dolar Kanada.
Artikel Terkait
Mata Uang Berisiko Lebih Disukai, Dolar AS Melemah di Akhir Perdagangan
Laporan Inflasi AS Membuat Dolar Menguat pada Sekeranjang Mata Uang Lain