NEW YORK, suaramerdeka.com – Setelah pasar bereaksi terhadap penurunan persediaan AS, harga minyak naik untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB).
Kenaikan juga dipicu tanda-tanda permintaan Asia yang kuat dari China dan India menambah dukungan bagi emas hitam.
Untuk pengiriman September, Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September menetap 1,93 persen atau 1,43 dolar AS lebih tinggi, menjadi 75,55 dolar AS per barel.
Baca Juga: Dolar Melemah dan Kekhawatiran Varian Delta Membuat Emas Menguat
Lalu untuk pengiriman Agustus, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 2,22 persen atau 1,62 dolar AS, menjadi ditutup di 74,56 dolar AS per barel.
Harga acuan minyak mentah AS turun 0,84 persen dan minyak mentah Brent turun 0,80 persen untuk Minggu ini. Harga di kedua sisi Atlantik berada di jalur penurunan mingguan hampir satu persen.
Hal itu tak lepas dari gagalnya pembicaraan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang bersama-sama dikenal sebagai OPEC+.
Baca Juga: Layanan Telemedisin bagi Pasien Isolasi Mandiri, Begini Alurnya
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan, persediaan minyak mentah dan bensin AS turun serta permintaan bensin mencapai level tertinggi sejak 2019, sekaligus, menandakan peningkatan kekuatan dalam perekonomian.
Persediaan minyak mentah AS turun 6,9 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Juli, EIA mengatakan dalam sebuah laporannya.
Artikel Terkait
Negara Penghasil Gagal Capai Kesepakatan, Harga Minyak Jatuh Lebih dari 1 Dolar
Harga Minyak Menguat di Akhir Perdagangan Usai 2 Hari Menurun