SEMARANG, suaramerdeka.com - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak di sektor kesehatan saja. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengaku, pandemi ini juga berdampak di sektor ekonomi dan pariwisata.
Karena itu, Pemerintah Kota Semarang memberikan kelonggaran terkait pembayaran Pajak. Seperti pemberian diskon mulai 5 persen hingga 15 persen, dan juga pembayaran Pajak di akhir tahun.
"Teman-teman pariwisata sangat terdampak akibat pandemi ini, maka kita memberi kelonggaran terkait pembayaran Pajak. Mereka bisa "hutang" sampai akhir tahun dan memberikan sejumlah diskon mulai dari 5 persen hingga 15 persen,'' ujar wali kota yang akrab disapa Hendi, Kamis (24/6).
Di sisi lain, Hendi meyakini bahwa Pendapatan Asli Daerah menjadi kekuatan dan daya ungkit percepatan pembangunan.
Baca Juga: Targetkan 2.000 Orang, Serbuan Vaksinasi Bagi Pekerja di Pelabuhan Tanjung Emas
Hal itu diungkapkannya saat menjadi salah satu narasumber dalam Live Instagram bertajuk Pemulihan Ekonomi Perkotaan Pasca Pandemi yang diselenggarakan oleh @klubbogorraya, Kamis (24/6). Hadir juga dalam acara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, Enterpreneur dan Politisi Muda, Faldo Maldini, dan Direktur Utama Sejahtera Eka Graha, Oktia Hendra, sebagai moderator.
Hendi, bersyukur saat pandemi menghantam, tidak hanya Pemerintah Kota Semarang saja yang bergerak. Melainkan juga para pengusaha, komunitas, relawan dan penduduk yang bergiliran memberikan bantuan. Mulai dari sembako, obat, masker, dan penyemprotan desinfektan di sejumlah wilayah di Kota Semarang.
"Konsep bergerak bersama ini merupakan bagian dari warisan jaman dulu, yaitu gotong royong. Masyarakat yang tergabung di dalam relawan Covid-19 ini memberikan bantuan tenaga dalam penyemprotan desinfektan. Sedangkan pemerintah kota menyediakan alat dan obatnya," terangnya.
Baca Juga: Industri Jangan Tutup-tutupi Kasus Covid-19, Ridwan Kamil: Bisa Picu Munculnya Klaster Rumah Tangga
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, menuturkan, bahwa saat ini merupakan eranya kolaborasi karena APBD dan CSR terbatas. Dia mencontohkan bagaimana negara dan kota lain bisa bergerak dengan cepat karena adanya sinergi antar peneliti, pembuat kebijakan, dan pengusaha sehingga persoalan dapat cepat terselesaikan.
''Saat ini tantangannya membuat visi dan misi tetap berjalan dengan menyesuaikan perkembangan yang ada. Kita tidak bisa forcasting, namun dengan berkolaborasi, ngobrol, dan berkomunikasi mengenai bagaimana kondisi saat ini, kebutuhan bed berapa, sehari ada berapa tes PCR sehingga kita bisa melakukan prediksi berdasarkan data,” tutur Bima.
Sementara Faldo Maldini, Entrepreneur dan Politisi muda menambahkan bahwa jika berbicara tentang ekonomi perkotaan, ada daerah yang lebih sulit. Sehingga ini momentum untuk berkolaborasi guna menggerakkan ekonomi rakyat.
''Jika kota sukses menanggulangi persoalan, namun di desa kondisinya parah, masalah pasti akan pindah ke kota. Untuk itu bagaimana kota juga membantu persoalan daerah-daerah yang ada di sekitarnya sehingga persoalan dapat terselesaikan secara bersama-sama,” ujarnya.
Artikel Terkait
Disporapar Jateng Ajak Pelaku Pariwisata Jaga Eksistensi di Masa Pandemi
Syarat Diskon Pajak, Kandungan Lokal Minimal 70 Persen
Percepatan Hadang Corona, 10.000 Pelaku Pariwisata di Vaksin Massal