Pemerintah Cabut Larangan Ekspor CPO, Puan Maharani: Jadi Solusi Kelangkaan Minyak Goreng

- Senin, 23 Mei 2022 | 18:38 WIB
Puan Maharani mengatakan pencabutan larangan ekspor CPO jadi solusi kelangkaan minyak goreng. (foto dpr ri)
Puan Maharani mengatakan pencabutan larangan ekspor CPO jadi solusi kelangkaan minyak goreng. (foto dpr ri)

JAKARTA, suaramerdeka.com - Pemerintah mencabut larangan ekspor CPO setelah memperhatikan beberapa faktor.

Seperti kondisi pasokan, harga minyak goreng saat, keberadaan para tenaga kerja dan petani di industri sawit.

Sebelumnya, Ketua DPR Puan Maharani juga berharap kebijakan pencabutan pelarangan dapat menjadi solusi permasalahan kelangkaan dan mahalnya minyak goreng selama ini.

Baca Juga: Selamat untuk 4 Hari Lahir Ini, Bakal Meraih Sukses di Bulan Juni 2022

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam mengapresiasi keputusan pemerintah yang mencabut larangan ekspor crude palm oil (CPO) dan bahan baku minyak goreng.

Menurutnya pencabutan larangan tersebut akan menguntungkan petani sawit dan usaha kecil menengah di sektor sawit.

"Yang jelas memberikan nafas kepada petani sawit. Karena dampak dari pelarangan ekspor itu, yang paling terkena dampaknya petani sawit. Petani kecilnya dan usaha kecil menengah di CPO," terang Piter.

Baca Juga: Kelurahan Sampangan Kembangkan Kampung Tematik Jadi Destinasi Wisata

Menurutnya, ketika perekonomian petani sawit membaik maka akan diikuti oleh sektor lain.

"Pada gilirannya pembebasan ekspor CPO ini akan membantu perekonomian di daerah-daerah di sentra sawit," lanjutnya.

Piter menegaskan pemerintah seharusnya berpikir bagaimana mensejahterakan petani sawit kecil terlebih dahulu.

Baca Juga: Cek Kalender, 1 Juni 2022 Diperingati sebagai Hari Apa? Ini Daftar Hari Besar Nasional Bulan Juni 2022

"Pemerintah seharusnya berpikir itu bagaimana mensejahterakan petani sawit. Karena kalau petani sawit sejahtera, perekonomian kita berputar," tandasnya.

Menurut Piter, kebijakan larangan ekspor CPO sebelumnya cukup memberatkan petani sawit.

Mereka terpaksa untuk menjual tandan buah segar (TBS) sawit dengan harga murah karena suplai berlimpah namun tidak didukung permintaan besar.

Halaman:

Editor: Nugroho Wahyu Utomo

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X