NEW YORK, suaramerdeka.com - Setelah produsen OPEC+ bertahan pada kenaikan target produksi yang disepakati untuk Februari, harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB)
Perpanjangan harga minyak, juga tak lepas dari persediaan bahan bakar AS melonjak karena penurunan permintaan di tengah melonjaknya kasus Covid-19.
Untuk pengiriman Maret, minyak mentah berjangka Brent naik 80 sen atau 1,0 persen menjadi menetap di 80,80 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara untuk pengiriman Februari, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 86 sen atau 1,1 persen menjadi 77,85 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 6 Januari: Cerita Jessica Buat Andin Geram pada Keluarga Aldebaran
Pada sore hari, pasar memangkas kenaikan setelah rilis risalah dari pertemuan Federal Reserve AS terbaru menunjukkan pembuat kebijakan mungkin harus menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar.
Penurunan harga minyak mengikuti aset-aset berisiko lainnya seperti saham.
Persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel, sebagian karena insentif pajak bagi produsen untuk mengurangi persediaan sebelum akhir tahun.
Namun, persediaan bensin melonjak lebih dari 10 juta barel, dan stok sulingan naik 4,4 juta barel.
Baca Juga: Rahasia Weton Kamis Pahing Berdasarkan Primbon Jawa, yang Jatuh pada 6 Januari 2022
Artikel Terkait
Harga Minyak Sedikit Naik di Tengah Permintaan Bahan Bakar Akan Bertahan
Stabilkan Harga Minyak Goreng, Disperindag Gelar OP di 24 Kabupaten dan Kota
Harga Minyak Menetap Lebih Tinggi di Tengah Harapan Pemulihan Permintaan
Harga Minyak Menguat Setelah OPEC Sepakat pada Rencana Kenaikannya
Pemerintah Sediakan Minyak Goreng Harga Terjangkau 1,2 Miliar Liter