"Bahan baku industry juga dalam negeri," katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Ekonomi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, mengingatkan bahwa ke depan pertarungannya tidak Jateng versus Jabar atau Jateng versus Banten, tetapi sudah Jateng versus Vietnam.
"Ini karena investasi juga sudah memakai standarisasi lingkungan hidup yang ketat. Jangan sampai investasi lepas karena standarisasi lingkungan rendah," katanya sambil menambahkan pembangunan kawasan industri di Jateng potensial menarik pemain baru yang mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang sempat bergabung dalam FGD secara daring itu mengungkapkan bahwa dalam menggerakan perekonomian tidak saja beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti bermasker, atau mempercepat vaksinasi.
"Bangkitkan ekonomi, tantangannya lebih gede. Rentetannya lebih panjang, industri besar kena pukulan akses modal. Tidak semua kredit lancar. Beberapa perusahaan napasnya panjang, obat-obatan bagus, tapi pariwisata nyonyo. Industri makan minum beradaptasi. Kondisi itulah yang terjadi, kita cari jalan keluar," ujar dia.
Artikel Terkait
Harga LPG Nonsubsidi Resmi Naik, Ini Daftar Terbarunya
Resmikan Gedung Baru, IAI Siap Kembangkan Profesi Akuntan Jawa Tengah
Susul Tokopedia dan Traveloka, Kopi Kenangan Jadi Unicorn Baru di Indonesia
Terbaru Kopi Kenangan, Ini Daftar Startup Decacorn dan Unicorn di Indonesia
Harga Kedelai di Jateng Melonjak, Perajin Tempe Resah, Bisa Tutup Usahanya